Sabtu, 06 Juli 2013

10 Kutipan Terbaik dari Ensiklik Lumen Fidei (Terang Iman)

Lumen Fidei

Jumat, 5 Juli 2013 Paus Fransiskus menerbitkan Ensiklik berjudul Lumen Fidei (Terang Iman). Awalnya ensiklik ini ditulis oleh Paus Benediktus XVI untuk melengkapi trilogi ensikliknya yang bertema kebajikan kristiani, yaitu iman, harapan dan kasih. Namun karena beliau mengundurkan diri, maka tugas untuk menyelesaikan enskiklik ini diteruskan kepada penerusnya, yaitu Paus Fransiskus. Namun hampir secara keseluruhan enskiklik tersebut ditulis oleh Paus Emeritus Benediktus XVI. Berikut ini kutipan2 dari enskiklik tersebut (Ensiklik Lumen Fidei berbahasa Inggris bisa dibaca disini : Lumen Fidei)
—-
Perlahan tapi pasti, menjadi jelas bahwa terang akal budi yang otonom tidaklah cukup untuk menerangi masa depan; pada akhirnya masa depan tetaplah samar dan penuh kekhawatiran, dengan rasa takut terhadap hal yang tak diketahui. Akibatnya, manusia meninggalkan pencarian terang yang besar, Kebenaran itu sendiri, agar menjadi puas dengan terang-terang kecil yang menerangi suatu masa sesaat namun terbukti tidak mampu menunjukkan jalan. Dalam ketiadaan terang [iman] segala sesuatu menjadi membingungkan; tidaklah mungkin menmbedakan yang baik dari yang jahat, atau jalan menuju tujuan kita dari jalan-jalan lain yang membawa kita kepada lingkaran tak berujung, yang tak pergi kemanapun.
Lawan dari iman adalah penyembahan berhala. Selagi Musa berbicara kepada Allah di Sinai, umat Israel tidak tahan dengan misteri ketersembunyian Allah, mereka tidak mampu bertahan dari lamanya waktu penantian untuk melihat wajah Allah. Iman pada hakekatnya menuntut [seseorang] meninggalkan kepemilikan langsung yang ditawarkan oleh pandangan [mata]; iman merupakan undangan untuk berbalik kepada sumber terang, sementara menghormati misteri sebuah wajah yang akan menyingkapkannya secara pribadi pada waktunya….Tampak lebih baik menggantikan iman dalam Allah dengan menyembah suatu berhala, yang wajahnya dapat kita lihat secara langsung dan asal usulnya kita ketahui, karena ia merupakan hasil karya tangan kita. Dihadapan berhala, tidak ada resiko bahwa kita akan dipanggil untuk meninggalkan rasa aman kita, karena berhala-berhala “memiliki mulut, tetapi mereka tidak bisa bicara” (Maz 115:5). Berhala ada, kita memahaminya, sebagai alasan palsu untuk menempatkan diri kita di pusat realita dan menyembah karya tangan kita. Sekali manusia telah kehilangan orientasi fundamental yang menyatukan keberadaannya, ia terpecah ke dalam keanekaragaman dari keinginannya.
Iman bukan persoalan pribadi, gagasan yang sungguh individualistik atau sebuah opini pribadi; iman berasal dari pendengaran, dan iman dimaksudkan untuk menemukan ungkapannya dalam perkataan dan untuk dinyatakan. Karena “bagaimana mereka percaya padanya yang tidak pernah mereka dengar? Dan bagaimana mereka mendengar tanpa seorang pengkhotbah” (Rom 10:14). Iman bekerja dalam [diri] orang Kristen atas dasar karunia yang diterima, kasih yang menarik hati kita kepada Kristus (Gal 5:6), dan memampukan kita menjadi bagian dari peziarah agung Gereja melalui sejarah sampai akhir zaman.
…Kita membutuhkan pengetahuan, kita membutuhkan kebenaran, karena tanpa keduanya kita tidak dapat berdiri kokoh, kita tidak dapat melangkah maju. Iman tanpa kebenaran tidak menyelamatkan, juga tidak memberikan pijakan yang pasti. Ia tetap merupakan kisah yang indah, proyeksi kerinduan mendalam kita akan kebahagiaan, sesuatu yang mampu memuaskan kita sejauh kita rela menipu diri kita sendiri.
Tetapi Kebenaran sendiri, kebenaran yang dapat secara komprehensif menjelaskan kehidupan kita sebagai individu dan dalam masyarakat, ditanggapi dengan kecurigaan. Tentu jenis kebenaran ini – kita mendengar bahwa dikatakan demikian – adalah apa yang diklaim oleh gerakan totalitarian besar akhir abad ini, kebenaran yang memaksakan pandangannya tentang dunia untuk menghancurkan kehidupan individual yang aktual. Pada akhirnya, kita ditinggalkan hanya dengan relativisme, dimana pertanyaan tentang kebenaran universal – dan pada akhirnya ini berarti pertanyaan tentang Allah – tidak lagi relevan. Merupakan hal yang logis sekali, dari sudut pandang ini, untuk berupaya memutuskan ikatan antara agama dan kebenaran, karena ia tampaknya berakar pada fanatisme, yang terbukti menindas siapapun yang tidak memiliki keyakinan yang sama.
Hanya sebatas kasih yang didasarkan pada kebenaran ia dapat bertahan sepanjang waktu, dapat melampaui momen yang berlalu dan cukup kokoh untuk menopang perjalanan bersama. Bila kasih tidak terikat pada kebenaran, ia menjadi korban dari emosi yang berubah-ubah dan tidak dapat bertahan bila menghadapi ujian waktu. Kasih yang benar/Kasih sejati, di sisi lain, menyatukan semua unsur pribadi kita dan menjadi terang baru yang menunjukan jalan kepada kehidupan yang agung dan terpenuhi. Tanpa kebenaran, kasih tidak mampu mendirikan ikatan yang kuat; ia tidak bisa membebaskan ego kita yang terisolasi atau menebusnya dari momen sesaat untuk menciptakan kehidupan dan menghasilkan buah.
Bila kasih membutuhkan kebenaran, kebenaran juga membutuhkan kasih, kasih dan kebenaran tidak terpisahkan. Tanpa kasih, kebenaran menjadi dingin, impersonal, dan menindas orang jaman sekarang. Kebenaran yang kita cari, kebenaran yang memberi makna perjalanan kita melalui kehidupan, menerangi kita kapanpun kita disentuh oleh kasih. Hanya mereka yang mencintai yang menyadari bahwa kasih merupakan pengalaman akan kebenaran., ia membuka mata kita kepada realita dalam cara yang baru, dalam persatuan dengan Ia yang kita kasihi.
Karena iman adalah sebuah jalan, ia harus berhubungan dengan kehidupan pria dan wanita, yang walaupun bukan orang beriman, namun berkeinginan untuk percaya dan terus mencari. Sejauh mereka secara tulus terbuka kepada kasih dan mulai dengan terang apapun yang mereka temukan, mereka sudah, tanpa menyadarinya, berada di jalan menuju iman. Mereka berjuang untuk bertindak seolah-olah Allah itu ada, karena mereka menyadari betapa pentingnya Ia untuk menemukan petunjuk arah yang pasti bagi kehidupan bersama kita atau karena mereka mengalami kenginan akan terang ditengah kegelapan, tetapi juga dalam memahami kemegahan dan keindahan mereka mengetahui melalui hati, kehadiran Allah yang menjadikan semuanya lebih indah…Siapapun yang memulai perjalanan dalam melakukan kebaikan kepada orang lain sudah mendekat kepada Allah, ia ditopang oleh pertolongan-Nya, karena hal ini merupakan ciri terang ilahi untuk menerangi mata kita kapanpun kita berjalan menuju kepenuhan kasih.
Teologi juga menjadi bagian dalam bentuk iman gerejawi; terangnya adalah terang subjek yang percaya, yang adalah Gereja. Implikasinya, di sisi lain, teologi harus melayani iman orang Kristiani, ia harus bekerja dengan rendah hati untuk melindungi dan memperdalam iman setiap orang, khususnya orang beriman biasa. Di sisi lain, karena ia menarik kehidupannya dari iman, teologi tidak dapat menganggap magisterium Paus dan Para Uskup dalam persatuan dengannya sebagai sesuatu yang ekstrinsik, batasan bagi kebebasannya, melainkan sesbagai satu dari dimensinya yang internal, dimensi konstitutif, karena magisterium melindungi kontak kita dengan sumber primordial dan karenanya memberikan kepastian dalam mencapai sabda Kristus dalam segala integritasnya.
Sebagai pelayanan bagi kesatuan iman dan penyebaran integralnya, Tuhan memberikan Gereja-Nya karunia suksesi apostolik. Melalui sarana ini, keberlanjutan memori Gereja dilindungi dan akses tertentu kepada air mancur yang darinya iman mengalir, dapat [kita] miliki. Kepastian keberlanjutan dengan asal usulnya karenanya diberikan oleh pribadi-pribadi yang hidup, dalam cara yang selaras dengan iman yang hidup yang diteruskan oleh Gereja. Gereja bergantung pada kesetiaan para saksi yang dipilih Tuhan untuk tugas ini. Untuk alasan ini, magisterium selalu berbicara dalam keataatan kepada perkataan sebelumnya, dimana iman didasarkan padanya; magisterium dapat dipercaya karena kepercayaannya kepada sabda yang ia dengar, ia lindungi dan ia jelaskan. [45] Dalam diskursus perpisahan St. Paulus kepada tua-tua Efesus di Miletus, yang dikisahkan kembali oleh St. Lukas pada kita dalam Kisah Para Rasul, ia memberi kesaksian bahwa ia telah melaksanakan tugas yang Tuhan percayakan padanya untuk “menyatakan seluruh nasehat Allah” (Kis 20:27). Syukur kepada Magisterium Gereja, nesehat ini dapat sampai kepada kita dalam integritasnya, dan dengan suka cita mampu mengikutinya secara penuh.
Quote tambahan :
Karena Iman itu hanya satu, hal tersebut harus dipercayai dengan jelas dan utuh. Lebih tepatnya karena semua isi dari Iman berhubungan satu dengan lainnya, maka menolak salah satu, bahkan hal kecil yang kelihatan tidak terlalu penting, maka menodai sampai pada menyimpang dan penolakan seluruh Iman tersebut. Setiap lembaran sejarah kita dapat melihat bahwa hal tertentu dalam Iman mudah atau susah diterima, tetapi kita harus membutuhkan kesadaran dan pengawasan yang penuh untuk memastikan deposit dari Iman diteruskan atau diturunkan secara kesuluruhan (bdk 1 Tim 6:20) dan lebih dari itu semua aspek dari kepercayaan dari Iman harus dijelaskan secara apa adanya. Memang, dalam persatuan dalam Iman adalah persatuan dalam Gereja, maka menambah sesuatu yang berbeda dalam Iman, maka menambah sesuatu yang berbeda dari kebenaran dalam persekutuan dengan Gereja juga. Para Bapa Gereja menjelaskan bahwa Iman bagaikan sebuah tubuh, tubuh dari kebenaran yang berisi hal yang beragam, dan hal ini menyamakan Tubuh Kristus yang didalamnya juga berhubungan dengan Gereja [42]. Kejelasan dalam Iman juga berhubungan dengan gambaran dari Gereja layaknya perawan dan cinta-Nya yang tulus kepada Kristus sebagai pengantin pria-Nya, maka dari itu melukai Iman sama saja melukai hubungan persekutuan dengan Kristus [43]. Persatuan dalam Iman, juga merupakan persatuan dalam tubuh yang hidup, hal ini dijelaskan dengan jelas oleh Beato John Henry Newman ketika beliau menjelaskan karakter dari ciri-ciri pengembangan doktrin dalam masa ke masa dan pengaruhnya dalam menjelaskan berbagai hal ketika hal tersebut bertemu dengan berbagai masalah pada saat muncul yang juga berpengaruh dalam kultur dan kebiasaan pada saat tersebut dan dijelaskan dalam Iman [44], maka dari itu dengan menjelaskan secara pasti dan memurnikan segala hal berhubungan dengan Iman maka dengan begitu ekspresi dalam Iman sampai ketitik paling sempurna. Maka dari itu Iman itu bersifat Universal dan Katolik, karena hal tersebut menerangi seluruh jagat raya dan seluruh sejarah.

Senin, 24 Juni 2013

Kalau saya bisa menjadi orang baik tanpa perlu menjadi katolik, untuk apa menjadi katolik?

By Cornelius

Orang baik melakukan apa yang ia percayai sebagai hal yang benar dan baik. Anda bisa menjalani pola hidup sehat yang anda yakini sebagai hal yang baik, tapi hal tersebut akan sulit dijalani bila anda tidak mempunyai pengetahuan yang benar tentang pola hidup sehat. Untuk melakukan sesuatu yang baik, diperlukan pengetahuan yang benar.
Kebenaran dan kebaikan tidak terpisahkan. Kalau kita hanya ingin menjadi orang baik, ingin merasa baik terhadap diri kita ( ”feel good about ourself”), maka kita menomor duakan kebenaran. Kebaikan itu penting, tapi kebenaran juga penting. Mentalitas katolik adalah mentalitas both… and (…dan…) bukan either or (…atau…)
Anda hanya bisa menjadi orang katolik yang jujur bila anda meyakini bahwa semua ajaran iman katolik adalah benar. Orang katolik sejati bukanlah katolik kafetaria yang bisa memilih ajaran yang ia suka dan menolak ajaran yang ia tidak suka.
Kita akan memiliki kehidupan yang baik bila kita memiliki pengetahuan tentang makna “kehidupan baik” itu, dan pengetahuan itu kita peroleh dari wahyu ilahi, yang merupakan kebenaran yang berasal dari Allah. Allah menghendaki yang baik dan tidak pernah menghendaki yang jahat, maka wahyu Allah sudah pasti baik bagi manusia. Dari sinilah iman katolik berasal, dan hal ini memampukan kita untuk menjadi kudus, bukan sekedar menjadi baik saja.

Nama Santo Yosef Ditambahkan Dalam Doa Syukur Agung Dan Implementasinya di Lapangan

By Andreas

Pada tanggal 19 Juni 2013, Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen mengeluarkan dekrit tertanggal 1 Mei 2013 dan ditandatangani oleh Prefek dari kongregasi itu, Antonio Canizares Kardinal Llovera, yang menetapkan bahwa, setelah Santa Perawan Maria, nama suaminya Santo Yosef  juga dibacakan dalam Doa Syukur Agung II, III, dan IV.
Fotokopi dari document USCCB tentang pemberitahuan dekrit – Paternas vices (Prot. N. 215/11/L) – dari Kongregasi Ibadat Ilahi
“Umat beriman dalam Gereja Katolik”, seperti yang tertulis didekrit tersebut, ”telah menunjukkan devosi terus menerus kepada Santo Yosef dan telah sungguh-sungguh dan terus-menerus menghormati kenangannya sebagai suami tersuci dari Bunda Allah dan sebagai Pelindung surgawi dari Gereja semesta. Karena alasan ini Beato Paus Yohanes XXIII, pada hari-hari Konsili Ekumenis Vatikan II yang Mahakudus, mengeluarkan dekrit bahwa nama Santo Yosef ditambahkan pada Kanon Romawi kuno (Red: Doa Syukur Agung I). Dalam menanggapi petisi-petisi yang diterima dari tempat-tempat di seluruh dunia, Paus Benediktus XVI menganggap petisi-petisi tersebut layak diimplementasikam dan dengan murah hati menyetujuinya. Demikian juga
Paus Fransiskus baru-baru ini mengukuhkannya. Maka dengan ini Paus didepan hadapan mereka persekutuan penuh Para Kudus yang, pernah berziarah di dunia ini, kini menuntun kita kepada Kristus dan mempersatukan kita bersama dengan Dia”.

Bagaimana implementasinya dilapangan?
“Sehubungan dengan teks Latin, rumusan-rumusan tersebut dengan ini dinyatakan secara khusus. Dengan sendirinya Kongregasi akan segera menyediakan terjemahan asli dalam bahasa-bahasa Barat yang lebih luas; mengenai bahasa-bahasa lain, terjemahan harus disiapkan oleh Konferensi Waligereja, menurut norma hukum, untuk dikukuhkan oleh Tahta Suci melalui Kongregasi ini”, demikian lanjutan isi dari dekrit tersebut.
Seperti yang tertulis diatas terjemahan lokal harus disiapkan (yang resmi terjemahan latin) dan harus lewat pengukuhan dari Tahta Suci, dibutuhkan waktu untuk mengimplementasikan hukum universal ini, di surat tersebut juga tidak dituliskan untuk dilaksanakan sesegera mungkin. Pada umumnya keputusan ini didahului dengan pem-publikasi-an keputusan ke dalam Acta Apostolicae sedis (Vatican Journal Record), dan kemudian tambahan tiga bulan lagi untuk kuat secara hukum menurut KHK  no  8 § 1. 
Tentu saja kami gembira sekali dengan berita ini, tapi dalam waktu dekat kayaknya kita belum bisa mendengar para Imam mengucapkan kalimat yang baru ditambahkan tersebut didalam Doa Syukur Agung II, III atau IV (atau mungkin saja ada Imam-Imam yang belum tahu dengan berita ini). Tiga bulan lagi atau lebih mungkin…?? kita tunggu saja sambil berdoa.

Kamis, 20 Juni 2013

Gereja Katolik di Arab seharga 5 juta dolar akan diresmikan

Gereja Katolik di Arab seharga 5 juta dolar akan diresmikan thumbnail

Perwakilan Vatikan, Fernando Kardinal Filoni akan meresmikan gereja Katolik yang baru dibangun di Ras Al Khaimah, Uni Emirat Arab, pada Jumat ( 21/6).
Kardinal Filoni, Prefek Kongregasi Evangelisasi, akan segera memberkati Gereja St. Anthonius Padua yang berukuran 5.000 meter persegi di distrik Al Jazira Al Hamra yang terletak sekitar 25 kilometer dari kota itu.
Peresmian itu juga akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin Gereja Katolik lain seperti Uskup Agung Peter Rajic, Duta Vatikan dari Jaziarah Arab dan Uskup Paul Hinder, Vikaris Apostolik Arab bagian Selatan.
“Ini adalah kemajuan yang luar biasa,” kata Pastor Galdoft Josef, 73, sekretaris Uskup Paul Hinder, yang berbasis di Abu Dhabi.
“Ras Al Khaimah, kata imam itu, berkembang sangat pesat khususnya di bidang industri dan pariwisata serta para pekerja migran.”
“Kami berterima kasih kepada pihak pemerintah yang telah mengizinkan dan menyediakan lahan bagi kami untuk mendirikan gereja tersebut.”
Ia melaporkan ada sekitar 6.000 umat Katolik yang ada di Ras Al Khalimah.
Di Uni Emirat Arab, katanya, ada sekitar 700.000 umat Katolik, yang pergi ke 10 gereja dan mereka dilayani oleh 40 imam yang bisa berbicara dalam belasan bahasa.
“Gereja sangat hidup di sini, di Afrika dan tentu saja di Asia. Semua anggota kami adalah pekerja migran. Selain Filipina, India dan Arab, kami juga memiliki banyak umat Katolik Korea. Misa-misa di gereja-gereja yang kecil sekalipun di sini juga penuh, sementara di Eropa, katedral besar dan indah hampir kosong karena tidak ada umat,” kata Pastor Galdolf.
Gereja itu memiliki 1.200 kursi dan bisa menampung hingga 1.500 umat. Dua jalan utama menghubungkan gereja baru itu ke  Umm Al Qwain, Ajman dan Sharjah.
Kapel yang ada di distrik Al Nakheel RAK digunakan oleh 500 umat paroki, kadang-kadang melayani lebih dari 10 kali.
Sumber: United Arab Emirates opens $5m Catholic church

Jumat, 14 Juni 2013

Mukjizat Ekaristi

Sebuah Gereja Katolik Di Sri Langka Diserang. Melecehkan Tabernakel: Mukjizat Ekaristi

Photo: Sebuah Gereja Katolik Di Sri Langka Diserang. Melecehkan Tabernakel: Mukjizat Ekaristi</p><p>Tumbuhnya intoleransi agama di Sri Langka: sebuah grup yang tidak dikenal menyerang Gereja Katolik  St. Fransiskus Xaverius Angula di Keuskupan Agung Colombo. Para perusak ini telah menghancurkan patung kuno Bunda Maria dan kemudian dengan kejam menuju ke tabernakel: mereka memindahkan tabernakel dari altar dan mencoba untuk membakar Ekaristi. Kejadian ini terjadi pada tanggal 5 Juni sekitar pukul 10 malam, hingga saat ini Polisi belum bisa mengidentifikasi siapa pelakunya. Menurut banyak orang, ketika penyerangan terjadi, sebuah mukjizat kecil terjadi, yang kemudian membuat semangat mereka disegarkan dan iman mereka dikuatkan kembali. Meskipun tabernakel ditemukan penuh dengan siraman minyak tanah, hosti yang telah dikonsekrasi tersebut tetap tidak tersentuh api dan tetap utuh. "Hal ini merupakan mukjizat yang kuat, melalui ini Yesus memberikan pesan kepada kita semua dan kepada mereka yang melakukan penyerangan ini, tidak ada orang yang bisa menghancurkan Kristus dan kasih-Nya. Karena Ia mati, Ia menyerahkan hidup-Nya untuk kita dan kemudian bangkit lagi. Tidak ada yang bisa melakukan sesuatu kepada-Nya" </p><p>sumber: http://it.radiovaticana.va/news/2013/06/10/sri_lanka:_attaccata_una_chiesa_cattolica._profanato_il_tabernacolo/it1-700181
Tumbuhnya intoleransi agama di Sri Langka: sebuah grup yang tidak dikenal menyerang Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Angula di Keuskupan Agung Colombo. Para perusak ini telah menghancurkan patung kuno Bunda Maria dan kemudian dengan kejam menuju ke tabernakel: mereka memindahkan tabernakel dari altar dan mencoba untuk membakar Ekaristi. Kejadian ini terjadi pada tanggal 5 Juni sekitar pukul 10 malam, hingga saat ini Polisi belum bisa mengidentifikasi siapa pelakunya. Menurut banyak orang, ketika penyerangan terjadi, sebuah mukjizat kecil terjadi, yang kemudian membuat semangat mereka disegarkan dan iman mereka dikuatkan kembali. Meskipun tabernakel ditemukan penuh dengan siraman minyak tanah, hosti yang telah dikonsekrasi tersebut tetap tidak tersentuh api dan tetap utuh. “Hal ini merupakan mukjizat yang kuat, melalui ini Yesus memberikan pesan kepada kita semua dan kepada mereka yang melakukan penyerangan ini, tidak ada orang yang bisa menghancurkan Kristus dan kasih-Nya. Karena Ia mati, Ia menyerahkan hidup-Nya untuk kita dan kemudian bangkit lagi. Tidak ada yang bisa melakukan sesuatu kepada-Nya”sumber

Selasa, 04 Juni 2013

Tidak Taat Kepada Aturan Liturgi Berarti Tidak Mencintai Ekaristi

Yohanes Paulus II: Tidak Taat Kepada Aturan Liturgi Berarti Tidak Mencintai Ekaristi

Setiap Imam yang mempersembahkan Kurban Kudus harus mengingat bahwa dalam Kurban ini bukan hanya dia dan komunitasnya saja yang sedang berdoa, tetapi juga seluruh Gereja, yang dalam sakramen ini mengungkapkan kesatuan rohaninya,.salah satunya dengan menggunakan teks liturgi yang diakui. Menyebut posisi ini sebagai “kengototan untuk keseragaman” hanya menunjukkan ketidaktahuan akan persyaratan obyektif bagi kesatuan yang otentik, dan akan menjadi wabah individualisme yang merugikan.

Ketundukan pelayan, yaitu selebran, kepada mysterium yang telah dipercayakan kepadanya oleh Gereja bagi kebaikan seluruh umat Allah, harus menemukan ungkapannya dalam kepatuhan akan peraturan liturgi mengenai perayaan Kurban Kudus. Hal ini mengacu, secara khusus, kepada pakaian, yang dikenakan oleh selebran. Bagaimanapun juga selalu ada situasi-situasi dimana peraturan ini tidak menjadi suatu kewajiban. Kami sangat tergerak saat membaca buku-buku yang ditulis oleh para imam yang menjadi tahanan di kamp-kamp, dengan gambaran tentang Perayaan Ekaristi tanpa mematuhi peraturan-peraturan yang ada, yaitu tanpa altar dan tanpa pakaian liturgis. Namun, sekalipun kondisi semacam ini merupakan bukti heroisme dan layak dikagumi, tetapi dalam kondisi normal mengabaikan peraturan liturgi dapat diartikan sebagai kurangnya hormat terhadap Ekaristi, yang disebabkan oleh individualisme atau oleh kurangnya rasa kritis terhadap pandangan-pandangan masa kini, atau oleh kurangnya semangat iman.

Bagi kita semua, yang melalui rahmat Allah, menjadi pelayan Ekaristi, ada beban tanggung jawab yang khusus atas gagasan dan sikap saudara-saudari yang telah dipercayakan dalam karya penggembalaan kita. Panggilan kita adalah untuk memperkuat, pertama-tama dengan teladan pribadi, setiap manifestasi ibadat terhadap Kristus yang hadir dan berkarya dalam sakramen cinta. Semoga Allah menghindarkan kita dari tindakan sebaliknya dan memperlemah ibadat dengan “menjadi tidak terbiasa” dengan berbagai manifestasi dan bentuk ibadat ekaristi yang mungkin “tradisional” namun merupakan kesalehan yang sehat, dan yang pertama-tama mengungkapkan “indera iman” yang dimiliki oleh seluruh umat Allah, seperti dikatakan oleh Konsili Vatikan II.

Sementara saya mengakhiri pemikiran-pemikiran saya ini, saya ingin meminta maaf, atas nama saya sendiri dan atas nama kalian semua, saudara saya yang terkasih dan terhormat dalam jabatan uskup- atas semua yang, karena alasan apapun, entah karena kelemahan manusiawi, ketidaksabaran atau kelalaian, dan juga melalui penerapan anjuran Konsili Vatikan II secara sesaat, sepihak dan salah, yang telah menyebabkan skandal dan kekacauan yang menganggu penafsiran doktrin dan penghormatan kepada sakramen agung ini. Dan saya berdoa kepada Tuhan Yesus agar di masa depan kita dapat menghindarkan segala hal dalam cara kita bertindak dengan sakramen ini, segala hal yang dapat melemahkan atau mengaburkan sikap hormat dan cinta yang ada dalam umat kita terhadap sakramen ini.

Prihatin dengan lagu-lagu liturgi pernikahan bergaya pop


Pakar liturgi prihatin dengan lagu-lagu liturgi pernikahan bergaya pop thumbnail


Pakar liturgi
Pastor Gerardus Majella Bosco da Cunha O.Carm
Romo Gerardus Majella Bosco da Cunha O.Carm, sekretaris eksekutif Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia mengatakan ia merasa prihatin dengan lagu-lagu jenis pop  digunakan dalam liturgi pernikahan.
“Saya merasa prihatin dengan lagu-lagu  pop yang digunakan dalam liturgi pernikahan. Hal itu merusak suasana sakral dari liturgi itu sendiri,” kata Romo Bosco, yang juga pakar liturgi, dalam talkshow tentang Ekaristi, yang diadakan di aula katedral Jakarta, pada 1 Juni, yang dihadiri sekitar 150 peserta dari sejumlah paroki di keuskupan agung Jakarta.
Menurutnya, ”Banyak yang memakai lagu pop. Lagu-lagu seperti ini tentu tidak mencerminkan hubungan horizontal antara manusia dan Tuhan.”
Ia mengatakan, lagu yang ideal adalah lagu yang liriknya berasal dari Kitab Suci dan cerminan dari hubungan horizontal antara pasangan pengantin dan Tuhan yang menyatukan mereka.
Romo Bosco menambahkan, ”Kami sedang mengumpulkan lagu-lagu pernikahan dan menyatukannya dalam sebuah buku. Dari seluruh Indonesia, kami coba cari dan seleksi lagu-lagu yang bagus dan cocok secara liturgis. Sekarang, sedang dalam proses penggodokan.”
Mengenai keberadaan event organizer perkawinan yang kerap mengatur jalannya upacara perkawinan, ia berkomentar, ”Sebetulnya, mereka harus tahu kewenangan mengatur. Hanya pastor yang berhak mengatur jalannya upacara ketika pasangan pengantin berada di dalam gereja.”
Ia juga mengkritik tentang cara mengatur pengantin pria masuk dahulu ke dalam gereja dan tunggu di depan altar sementara mempelai wanita masuk kemudian. Menurutnya, cara ini kuno dan merendahkan martabat perempuan. Seharusnya kedua mengantin bersama-sama masuk gereja.
Tentang dekorasi gereja, katanya, juga perlu diperhatikan. ”Boleh meriah, tetapi jangan sampai mengubah gereja jadi semacam pusat hiburan atau mal,” kata Romo Bosco.
Bagi Romo Bosco, keindahan liturgi pernikahan tidak selalu terletak pada meriah dan bagusnya dekorasi. ”Justru dekorasi yang sederhana bisa menampakkan keanggunan sebuah pernikahan.”
Romo Bosco juga menjelaskan liturgi pernikahan yang dilakukan di rumah. Hal itu boleh-boleh saja dilakukan di rumah, asal ada persetujuan dari pastor paroki setempat. “Saya menganjurkan, sebaiknya upacara dilakukan di gereja atau kapel. Ini adalah perayaan liturgis. Jadi, harus terjadi di tempat yang liturgis juga,” ungkapnya.
Sementara seorang peserta seminar yang tidak menyebutkan namanya mendukung pernyataan Romo Bosco. “Menurut saya, liturgi pernikahan diadakan secara sederhana. Yang penting keduanya membangun perkawinan yang langgeng, setia dan saling membahagiakan,” kata wanita yang telah menikah 32 tahun lalu, kepada UCAN Indonesia.
Talkshow ini merupakan salah satu rangkai acara dalam rangka Tahun Iman. Selain acara tersebut pada 2 Juni diadakan pameran peralatan liturgi museum katedral Jakarta, adorasi Ekaristi, dan Misa, yang dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo.
Konradus Epa, Jakarta

Rabu, 29 Mei 2013

Statistik Gereja Katolik Dalam Buku Tahunan Kepausan 2013

Jumlah umat Katolik secara global tidak banyak berubah yaitu pada angka 1,214 milyar jiwa, meningkat sedikit lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan global untuk periode 2010/2011. Jumlah imam (religius dan diosesan) tumbuh terutama karena kenaikan panggilan di Asia dan Afrika yang membantu menyeimbangkan penurunan di Eropa (turun 9% pada dekade terakhir).


Hal yang sama tidak terjadi pada jumlah biarawati dengan kecenderungan menurun sebesar 10% selama dekade terakhir. Akan tetapi, mungkin statistik paling mengejutkan yang terungkap dalam Annuario Pontificio (Buku Tahunan Kepausan) 2013 adalah ledakan pertumbuhan panggilan diakonat permanen, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat di mana jumlah diakon permanen meningkat lebih dari 40% dalam dekade terakhir.



Buku Tahunan Kepausan 2013 dipresentasikan kepada Bapa Suci pada hari Senin, 13 Mei 2013, oleh Sekretaris Negara Vatikan - Tarcisio Kardinal Bertone dan Pejabat Urusan Umum - Uskup Agung Angelo Becciu. Persiapan buku tahunan baru ini disunting oleh Monsinyur Vittorio Formenti yang bertanggungjawab atas Biro Pusat Statistik Gereja, oleh Prof. Enrico Nenna dan kerabat kerja lainnya.



Pada waktu yang sama, Annuarium Statisticum Ecclesiae (Buku Tahunan Statistik Gereja) tahun 2011 yang juga disunting oleh kantor yang sama dipresentasikan pula kepada Bapa Suci. Kedua volume buku ini akan segera dijual di toko-toko buku.



Bapa Suci menunjukkan rasa syukur atas penyajian tersebut dan  memperlihatkan ketertarikan pada angka-angka yang tergambar di dalamnya. Paus mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah berkontribusi kepada edisi baru dari kedua buku tahunan itu.

Data yang terekam menunjukkan statistik baru sehubungan dengan kehidupan Gereja Katolik di dunia, sepanjang tahun 2012 dan sampai pada pemilihan Paus Fransiskus.

Selama periode ini, 11 keuskupan baru, 2 ordinariat personal, 1 vikariat apostolik dan 1 prefektur apostolik didirikan. 1 prelatur teritorial dinaikkan ke status keuskupan dan 2 eksarkat apostolik (yurisdiksi untuk Katolik Timur, setara vikariat apostolik) dinaikkan menjadi eparki (untuk Katolik Timur, setara keuskupan).

Data statistik dari Annuarium Statisticum merujuk kepada tahun 2011 menyoroti aspek-aspek kehadiran dan pelayanan Gereja Katolik di 2.979 yurisdiksi gerejawi di seluruh dunia.

Jumlah umat Katolik di seluruh dunia meningkat dari 1,196 milyar di tahun 2010 menjadi 1,214 milyar di tahun 2011, meningkat 1,5%. Dan karena pertumbuhan ini hanya sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk bumi (1,23%), kehadiran umat Katolik di dunia pada dasarnya tetap tidak berubah (17,5%). Analisis teritorial dari perubahan-perubahan dalam periode ini menunjukkan peningkatan sebesar 4,3% umat Katolik di Afrika yang populasinya meningkat 2,3%. Asia juga mencatat peningkatan jumlah umat Katolik yang lebih besar dibandingkan kenaikan populasi (2,0% versus 1,2%). Pertumbuhan jumlah umat Katolik di Amerika dan Eropa tetap stabil, sejalan dengan pertumbuhan populasi (0,3%). Di tahun 2011,  jumlah Katolik terbaptis yang tersebar di seluruh benua adalah: 16,0% di Afrika, 48,8% di Amerika, 10,9% di Asia, 23,5% di Eropa dan 0,8% di Oseania.

Jumlah uskup di dunia meningkat dari 5.104 di tahun 2010 menjadi 5.132 di tahun 2011 dengan peningkatan relatif 0,55%. Kenaikan khususnya terjadi di Oseania (4,6%) dan Afrika (+1,0%) sedangkan Asia dan Eropa sedikit di atas rata-rata global. Amerika tidak mencatat perubahan apapun. Meskipun begitu, penyebaran para uskup di berbagai benua tetap stabil selama periode terakhir dengan Amerika dan Eropa sendiri tetap mewakili hampir 70% dari total jumlah uskup.

Secara global, kehadiran para imam diosesan dan religius telah meningkat dari waktu ke waktu, tumbuh dalam dekade terakhir dari 405.067 per tanggal 31 Desember 2001 menjadi 413.418 per tanggal 31 Desember 2011 (+2,1%). Namun, evolusi ini tidak seragam di area geografis yang berbeda. Dinamika jumlah imam di Afrika dan Asia agak menghibur dengan masing-masing penambahan +39,5%  dan +32,0% (dan dengan peningkatan lebih dari 3.000 orang untuk dua benua itu di tahun 2011 saja), sementara Amerika tetap tak berubah sekitar rata-rata dari 122.000 orang. Eropa, bertentangan dengan rata-rata global,  menunjukkan penurunan lebih dari 9% dalam dekade terakhir.



Diakon permanen sedang meledak baik secara global maupun di masing-masing benua dengan jumlah keseluruhan 29.000 lebih di tahun 2001 menjadi sekitar 41.000 pada satu dekade kemudian, dengan variasi lebih dari 40%. Eropa dan Amerika mencatat tren yang paling signifikan dan meningkat. Faktanya, diakon Eropa yang di tahun 2001 berjumlah sedikit lebih banyak dari 9.000 menjadi hampir 14.000 di tahun 2011, meningkat lebih dari 43%. Di Amerika jumlahnya meningkat dari 19.100 di tahun 2001 menjadi lebih dari 26.000 di tahun 2011. Dari kedua benua itu saja mencatat angka 97,4% dari jumlah keseluruhan di dunia dengan sisanya 2,6% terbagi antara antara Afrika, Asia dan Oseania.

Kelompok hidup bakti yang bukan imam terus dengan teguh membangun dirinya selama dekade terakhir dan mencatat angka lebih dari 55.000 pada di tahun 2011. Di Afrika +18,5% dan di Asia +44,9%. Tahun 2011, jumlah dari kedua benua ini lebih dari 36% dari total jumlah keseluruhan (dibandingkan dengan tahun 2001 yang kurang dari 28%). Sebaliknya,  jumlah yang tercatat di Eropa (-18%), Amerika (-3.6%) dan Oseania (-21,9%) turun hampir 8 persen selama dekade terakhir.

Tren yang sangat menurun terjadi pada jumlah biarawati dengan penurunan sebesar 10% dari tahun 2001 hingga tahun 2011. Jumlah biarawati, yang di tahun 2001 sebesar 792.000, sekarang atau sepuluh tahun kemudian hanya 713.000 lebih. Penurunan khususnya terjadi di tiga benua (Eropa, Amerika dan Oseania), dengan variasi signifikan (-22% di Eropa, -21% di Oseania, dan -17% di Amerika). Meskipun begitu, di Afrika dan Asia terjadi peningkatan terus-menerus, lebih dari 28% di Afrika dan 18% di Asia. Dengan demikian,  jumlah biarawati di Afrika dan Asia di luar jumlah keseluruhan meningkat dari 24,4% menjadi sekitar 33%. Sedangkan Eropa dan Amerika masing-masing turun 74% sampai 66%.

Kandidat-kandidat imam diosesan dan religius secara global bertambah dari 112.244 tahun 2001 menjadi 120.616 tahun 2011, meningkat sebesar 7,5%. Perubahan ini sangat berbeda di berbagai benua. Sementara Afrika (+30,9%) dan Asia (+29,4%) menunjukkan pertumbuhan yang baik, Eropa dan Amerika mencatat penurunan masing-masing sebesar 21,7% dan 1,9%. Akibatnya, kita amati penurunan kontribusi benua Eropa untuk pertumbuhan potensial dari pembaharuan kehidupan imamat, dengan kuota yang turun dari 23,1% menjadi 16,8% dibandingkan dengan perkembangan dari benua Afrika dan Asia.

diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari news.va
pax et bonum 

Minggu, 19 Mei 2013

ROH KUDUS DAN KAUM BERIMAN


Roh Kudus berdiam di dalam kaum beriman yang hidup dalam keadaan rahmat; Ia menguduskan mereka baik jiwa maupun badan dan membimbing mereka sebagai anak-anak Allah melewati kehidupan ini.



Pada hari Pentakosta, Kristus mengutus Roh Kudus kepada Gereja. Gereja ialah umat beriman yang hidup dalam persatuan dengan Kristus. Apa yang dilakukan oleh Roh Kudus terhadap Gereja secara umum, dilakukan pula terhadap kaum beriman secara khusus. Roh kudus membimbing dan mengatur kaum beriman; Ia menghibur dan mengutatkan mereka; Ia menguduskan mereka dan mencurahkan rahmat ke dalam hati mereka; Ia memberi terang dan kekuatan; Ia mengajak dan mendorong; Ia terlibat dalam setiap karya kebajikan, dalam setiap perbuatan cintakasih, dalam setiap doa; Ia mempersatukan mereka satu sama lain dan membuat mereka menjadi satu di dalam Kristus, Kepalanya. Dengan demikian Roh Kudus merupakan Pribadi Allah yang memberi kehidupan dan membawa persatuan.

Masih ada satu masalah yang perlu diperhatikan. Sebagaimana Roh Kudus diberikan kepada Gereja dan tinggal di dalamnya, demikian pula Ia hidup di dalam setiap orang saleh. Orang beriman yang berada dalam keadaan rahmat, adalah kenisah Roh Kudus, oleh karena Ia bersemayam di dalam mereka. Tetapi Roh Kudus tidak berdiam seorang diri. Yesus sudah mengatakan: “Orang yang mengasihi Aku, orang itu akan menuruti ajaran-Ku. BapaKu akan mengasihi orang itu. Bapa-Ku dan Aku sendiri akan datang kepada orang itu dan tinggal bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23). Jadi tiga Pribadi Allah; Bapa dan Putera dan Roh Kudus, tinggal di dalam jiwa kita.

Bagaimana mungkin hal itu dapat terjad? Manusia merasa diri begitu biasa, begitu lemah dan penuh dengan dosa. Manusia mengulurkan tangannya kepada Tuhan. Manusia tidak senang dengan Tuhan yang mahakuasa tetapi terlalu jauh; manusia menghendakai Tuhan yang dekat dengannya; manusia menghendaki memiliki Tuhan, manusia hendak menarik Tuhan ke dirinya; manusia menghendaki agar Tuhan menjadi miliknya dan manusia menjadi milik Tuhan. Dan lihatlah, Tuhan menyetujuinya. Dalam kebaikan-Nya, Tuhan hendak memberi diri-Nya sendiri. Ia mau datang kepada jiwa. Ia turun ke dalam jiwa dan tinggal di sana. Ia adalah tamu manusia, sahabat akrab manusia dan Ia bergaul dengan manusia atas cara yang sangat mesra.

Bapa dan Putera dan Roh Kudus tinggal di dalam jiwa orang saleh di dunia ini. Mereka tinggal selama masih ada cintakasih. Kalau cintakasih hilang, maka, walaupun iman dan pengharapan tidak hilang, kontak dengan Tuhan tidak ada lagi. Jadi, walaupun ia mengenal Tuhan dan mungkin juga percaya kepada Tuhan, namun Tuhan tidak tinggal di dalam hati orang berdosa; jiwanya bukanlah tempat tinggal yang layak bagi ketiga Pribadi Allah, jiwanya bukanlah kenisah Tuhan.

Di dalam pembicaraan-Nya tentang kebinasaan kota Yerusalem, Yesus berkata bahwa akhirat akan terjadi apabila Kabar Baik tentang pemerintahan Allah sudah diberitakan ke seluruh dunia (Mat 24:24). Kristus hanya mau mengatakan bahwa hukuman bagi bangsa yang menolak Mesias akan tiba apabila warga Yahudi yang tersebar di dunia yang dikenal pada waktu itu, juga bersalah terhadap penolakan tersebut, oleh karena mereka sudah berkesempatan menerima pewartaan kebahagiaan Kristus.

Santo Paulus mengatakan bahwa Tuhan menolak bangsa Yahudi oleh karena bangsa itu menolak Mesias. Tetapi penolakan itu tidak definitif. Sekali juga Israel akan kembali dengan bantuan rahmat Tuhan. Bagaimanapun juga hari akhirat akan tiba sebelum perkataan ini dipenuhi. Hari itu sendiri tidak menentu dan akan datang dengan tidak terduga.

Sumber: Aku Percaya by RP H. Embruiru SVD

Syahadat

Ajakan membungkuk ketika mengucapkan ”yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria” dalam Syahadat Para Rasul sempat menimbulkan pertanyaan. Apakah ini tata gerak baru dalam liturgi Gereja? Apa pula maksudnya?

Sikap tubuh membungkuk itu sudah lama ada dalam tradisi liturgis. Ketika melakukan gerakan itu, kita sedang menghormati misteri inkarnasi: Allah menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus, melalui Maria yang telah mengandung dari Roh Kudus. Untuk Misa Hari Raya Kabar Gembira dan Natal, cara membungkuk itu diganti dengan berlutut, sebagai bentuk penghormatan yang lebih dalam karena bertepatan dengan waktu perayaan yang berkaitan dengan misteri itu. Ini hanyalah salah satu unsur pada bagian Syahadat.

Menyatakan iman

Setelah disegarkan oleh Sabda Allah dan dicerahkan melalui pengajaran, umat mengungkapkan kembali iman mereka. Ritus ini disebut dengan beberapa nama: Symbolum, Pernyataan Iman (Professio fidei), Aku Percaya (Credo), atau Syahadat. Tradisi yang amat kuno ini bersumber dari liturgi pembaptisan orang Kristiani.

Maksud Syahadat adalah: ”agar seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi Sabda Allah yang dimaklumkan dari Kitab Suci dan dijelaskan dalam homili. Dengan melafalkan kebenaran-kebenaran iman lewat rumus yang disahkan untuk penggunaan liturgis, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok misteri iman…” (PUMR 67).

Gereja telah mengesahkan dua rumus Syahadat untuk digunakan dalam Misa Nikea-Konstantinopel dan Para Rasul. Rumus Syahadat Nikea-Konstantinopel lebih panjang dan lengkap daripada Para Rasul. Meskipun lebih dianjurkan menggunakan rumus pertama itu, banyak imam lebih suka memilih rumus kedua yang lebih pendek. Syahadat Para Rasul atau ikrar pembaptisan Gereja Roma itu digunakan terutama dalam Misa selama Masa Prapaskah dan Paskah.

Sebagai sebuah ikrar, Syahadat ini lebih cocok diucapkan bersama-sama oleh imam dan umat dari awal. Tapi, tidak dilarang untuk dilagukan. PUMR 68 juga memberi caranya: ”Pernyataan Iman itu dilagukan atau diucapkan oleh imam bersama dengan umat pada Hari Minggu dan Hari Raya. … dapat diucapkan juga pada perayaan-perayaan khusus yang meriah.”

Lebih lanjut dijelaskan: ”Kalau dilagukan, Syahadat diangkat oleh imam atau, lebih serasi, oleh solis atau kor. Selanjutnya… dilagukan entah oleh seluruh umat bersama-sama, entah silih berganti antara umat dan kor. Kalau tidak dilagukan, …dibuka oleh imam, selanjutnya didaras oleh seluruh umat bersama-sama atau silih berganti antara dua kelompok jemaat.” Semua peraya yang hadir melakukan ritus ini dengan berdiri.

Mengakui Trinitas

Sebenarnya masih ada satu lagi jenis ikrar pembaptisan, yakni yang digunakan dalam Misa Malam Paskah, bagian dari Pembaruan Janji Baptis. Rumus ini berupa tanya jawab. Imam bertanya dan umat menjawab: ”Saya percaya.” Maka, dalam Misa Romawi berlaku tiga rumus ikrar pembaptisan resmi. Rumus lain di luar tiga itu tidak boleh digunakan.

Ketiga rumus Pernyataan Iman itu mengandung unsur trinitaris. Ada tiga struktur yang masing-masing merangkum penjelasan tentang apa yang kita imani akan Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, serta relasi mereka satu sama lain. Dari ketiga pribadi itu, yang tentang Allah Putra adalah yang terbanyak dijelaskan.

Percaya akan Allah Tritunggal atau Trinitas adalah percaya akan tiga pribadi Allah, percaya akan hidup ilahi yang dinyatakan melalui wafat dan kebangkitan Yesus, pribadi kedua. Inilah yang diwartakan dan diakui Gereja sejak zaman para Rasul. Kita juga dapat memahami misteri Trinitas melalui komunitas gerejawi. Pengakuan akan Allah Trinitas adalah juga pengakuan akan Gereja yang satu, kudus, Katolik, dan apostolik. Gereja menjadi tempat kehidupan ilahi yang bisa dirasakan juga oleh para anggotanya.

Christophorus H. Suryanugraha OSC
Ketua Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia

Sumber:
http://www.hidupkatolik.com/2012/05/10/percaya-kepada-allah-tritunggal

Pertumbuhan umat Katolik meningkat di Asia

Jumlah umat Katolik meningkat dengan cepat di Asia dan Afrika, demikian data yang dirilis pada Senin oleh Vatikan, namun di kawasan lain menunjukkan kestabilan dan bahkan menurun di Amerika, Eropda Oseania
Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan umat Katolik di Asia meningkat dari seluruh penduduk di benua itu. Di antara tahun 2010 dan tahun 2011 kawasan ini mengalami peningkatan pertumbuhan dua persen, dibandingkan dengan 1,2 persen sebelumnya. Angka yang sama tercatat di Afrika, sementara di seluruh dunia umat Katolik berkembang sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
Benua Amerika tetap menjadi wilayah yang paling banyak umat Katolik, dengan jumlah kurang dari setengah penduduk dunia.
Tren pertumbuhan Gereja di Asia dan Afrika juga tercermin dalam jumlah imam dan seminaris. Sementara di Eropa jumlah mereka telah menurun hampir 10 persen dalam satu dekade terakhir, di Afrika jumlahnya naik 39,5 persen sejak tahun 2000, dan di Asia meningkat 32 persen.
Kecenderungan ini bisa mempercepat pertumbuhan di tahun-tahun mendatang, terutama karena para calon imam menjadi semakin langka di Eropa dan Amerika.
Angka itu berbeda dengan Religius wanita. Jumlah biarawati telah menyusut hampir 10 persen dari tahun 2001, dengan hanya 713.000  tahun 2011 dibandingkan dengan 792.000 satu dekade lalu.
Dengan penurunan tajam di Eropa, Oceania dan Amerika, pertumbuhan yang cepat di Asia dan Afrika belum mampu mengimbangi tren itu.

Kamis, 16 Mei 2013

Salam Maria adalah Doa yang Hebat

Sebuah Kisah Nyata : Salam Maria adalah Doa yang Hebat

Salam Maria dari seorang Protestan sangat hebat! – (Sebuah Kisah Nyata)
Anak laki-laki, protestan, berusia 6 tahun, sering mendengar temannya yang katolik mendoakan Salam Maria. Ia menyukainya sehingga ia menirunya, mengingatnya dan mendoakannya setiap hari. ‘Lihat ibu, ini doa yang indah’, ia berkata kepada ibunya suatu hari. ‘Jangan pernah mengucapkannya’, jawab ibunya. ‘Salam Maria adalah doa tahayul orang katolik yang menyembah berhala dan berpikir bahwa Maria adalah Dewi’. Bagaimanapun, ia adalah wanita seperti yang lain. Ambillah Kitab Suci ini dan bacalah. Kitab Suci mengandung segalanya tentang apa yang harus kita lakukan.
Sejak saat itu anak laki-laki itu tidak melanjutkan Salam Maria-nya setiap hari dan menghabiskan waktunya membaca kitab suci. Suatu hari, selagi ia membaca Injil, ia melihat kutipan tentang Kabar Gembira Malaikat kepada Bunda Kita. Dengan penuh suka cita, anak laki-laki itu berlari kepada ibunya dan berkata,”Ibu, aku telah menemukan Salam Maria di kitab suci yang berkata :’Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau diantara wanita’. Mengapa engkau menyebutnya doa tahayul?”.
Pada kesempatan lain ia menemukan pemberian hormat yang indah dari St. Ezlibateh kepada Perawan Maria dan nyanyian pujian yang luar biasa. MAGNIFICAT dimana Maria diramalkan bahwa “para bangsa akan menyebutnya berbahagia”. Ia tidak mengucapkan apapun kepada ibunya namun mulai mendoakan Salam Maria setiap hari seperti sebelumnya. Ia merasakan kesenangan dalam menujukan kata-kata yang memikat itu kepada Ibu Yesus, Penyelamat kita.
Ketika ia berusia 14 tahun, suatu hari ia mendengar diskusi tentang Bunda Kita diantara anggota keluarganya. Setiap orang berkata bahwa Maria sama seperti wanita lainnya. Anak itu, setelah mendengar penalaran mereka yang keliru, tidak dapat bertahan lagi, dan dengan penuh amarah, ia berkata: ‘Maria tidak seperti anak Adam lainnya, ternoda dengan dosa. Tidak! Malaikat menyebutnya PENUH RAHMAT DAN TERBERKATI DIANTARA WANITA. Maria adalah Ibu Yesus Kristus dan konsekuensinya ia adalah Bunda Allah. Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dimana ciptaan bisa diangkat seperti itu.
Injil berkata bahwa para bangsa akan memproklamasikan ia sebagai yang berbahagia dan kamu mencoba merendahkannya. Semangatmu bukanlah semangat Injil atau Kitab Suci yang kamu katakan adalah fondasi agama Kristen’. Begitu dalam kesan ucapan anak itu sehingga membuat ibunya menangis dengan sedih: ‘Oh Allahku!’ Aku takut putraku ini suatu hari akan bergabung dengan agama katolik, agama para Paus!’ Dan memang, tidak lama setelahnya, setelah melakukan pembelajaran serius tentang protestanisme dan katolisisme, anak laki-lak itu menemukan bahwa Katolik adalah satu-satunya agama yang benar dan menganutnya dan menjadi satu dari rasulnya yang paling bersemangat.
Setelah pertobatannya dari protestan ke katolik, ia bertemu saudara perempuannya yang telah menikah, yang memakinya dan berkata dengan marah :’Kau tidak tahu betapa aku mencintai anak-anakku. Jika salah satu dari mereka ingin menjadi katolik, Aku akan menusuk hatinya dengan pisau dan mengijinkannya untuk menganut agama Paus!’ Kemarahan dan wataknya sehebat kemarahan St. Paulus sebelum pertobatannya. Namun, ia akan mengubah jalannya, seperti yang dilakukan St. Paulus di jalan menuju Damaskus.
Suatu ketika putranya menderita sakit parah dan dokter menyerah untuk menyembuhkannya. Saudara laki-lakinya kemudian mendekatinya dan berbicara kepadanya dengan penuh kasih sayang, berkata :”Saudariku terkasih, kamu berharap anakmu disembuhkan. Baik, maka lakukanlah apa yang kuminta. Ikuti aku, mari kita berdoa satu kali Salam Maria dan berjanjilah pada Allah bahwa, jika putramu sembuh, kamu akan secara serius mempelajar doktrin katolik, dan kesimpulanmu haruslah bahwa katolisisme adalah satu-satunya agama yang benar, kamu akan menganutnya tidak peduli apapun pengorbanannya”
Saudarinya agak enggan pada awalnya tapi ia berharap akan kesembuhan putranya. Ia menerima usul saudaranya dan mendoakan Salam Maria bersama dengannya. Hari berikutnya putranya sembuh total! Ibunya memenuhi janjinya dan mempelajari doktrin katolik. Setelah persiapan panjang ia menerima sakramen baptis bersama keluarganya, berterima kasih pada saudaranya karena telah menjadi rasul baginya.
*Kisah ini diceritakan selama khotbah yang diberikan oleh Rev. Romo Tuckwel. ‘Saudara-saudara, ia berkata,’Anak laki-laki yang menjadi katolik dan mentobatkan saudara perempuannya ke katolisisme mendedikasikan seluruh hidupnya kepada pelayanan Allah. Ia adalah imam yang sedang berbicara kepadamu sekarang!’
Betapa aku berhutang budi kepada Bunda Kita. Kamu juga, saudaraku, dedikasikanlah semuanya kepada Bunda Kita dan jangan pernah membiarkan harimu berlalu tanpa mengucapkan doa yang indah, Salam Maria, dan Rosariomu. Mintalah ia menerangi pikiran para protestan yang terpisah dari Gereja Kristus yang sejati yang didirikan diatas Batu Karang (Petrus) dan ‘alam maut tidak akan menguasainya’

7 Kutipan Katolik



“Janganlah puas menjalani kehidupan Kristiani yang biasa-biasa saja. Berjalanlah dengan kebulatan tekad disepanjang jalan kekudusan” – Paus Fransiskus
“Mulailah dari sekarang…percayalah padaku, jangan menunggu sampai besok untuk mulai menjadi orang kudus” – St. Theresia Lisieux
“Ketika anda berkata “YA” kepada Allah tanpa syarat, anda tidak akan tahu seberapa jauh “YA” tersebut akan membawa anda” – Hans ur Von Baltashar
“Saya tidak mampu melakukan hal-hal besar, tapi saya ingin melakukan segala sesuatu, bahkan hal-hal terkecil sekalipun, untuk kemuliaan Allah yang lebih besar” – St. Dominic Savio
“Kita harus memiliki iman seperti anak-anak, tetapi ajaran para teolog” – St. Josemaria Escriva

“Kehendak Allah bagi kita ada dalam 24 jam sehari; orang-orang, tempat-tempat, situasi yang Ia tempatkan dihadapan kita saat itu. Semua itu adalah hal-hal yang Allah ketahui penting bagi -Nya dan kita di saat itu, dan semua itu adalah hal-hal yang atasnya Ia ingin kita bertindak, bukan karena prinsip abstrak ataupun keinginan subjektif untuk “melakukan kehendak Allah”. Bukan, hal-hal ini, yang ada dalam 24 jam sehari, adalah kehendak-Nya; kita harus belajar mengenali kehendak-Nya dalam realita suatu situasi” - Romo Walter Ciszek  “Kebenaran yang jelas dan sederhana adalah bahwa kehendak-Nya adalah apa yang sesungguhnya Ia kehendaki dikirimkan kepada kita setiap hari, dalam situasi, tempat, orang-orang dan permasalahan. Caranya adalah untuk belajar melihat bahwa – tidak hanya dalam teori, atau hanya sekedar kadang-kadang saja dalam pemahaman sekilas yang diberikan oleh rahmat Allah, tapi setiap hari. Kita semua tidak perlu bertanya-tanya tentang apa seharusnya yang Allah kehendaki bagi kita; kehendak-Nya bagi kita dengan jelas dinyatakan dalam setiap situasi setiap harinya, bila kita dapat belajar melihat segala hal seperti Ia melihatnya dan mengirimkannya kepada kita” – Romo Walter Ciszek



MENGENAL LEBIH DALAM AJARAN GEREJA TENTANG BUNDA MARIA

PENGAJARAN DASAR

Maria adalah seorang gadis belia yang diperkirakan lahir di kota Sepphoris (sebelah utara Palestina), sebuah kota besar di mana bangsa Yahudi dan bangsa Romawi hidup berdampingan dengan damai. Sepphoris adalah ibu kota Galilea. Kota yang memiliki banyak rumah yang indah dan sebuah gedung teater yang besar, luluh lantak dilanda gempa bumi besar ketika Maria masih kanak-kanak. Bencana inilah yang menyebabkan keluarga Maria pindah beberapa mil jauhnya ke Nazareth yaitu sebuah dusun kecil.

“Nazareth” dalam bahasa Ibrani mempunyai dua arti yang berbeda. Nazareth bisa berarti bunga bakung yang merupakan simbol kehidupan, dan Nazareth dapat juga berarti “keturunan”. Di kota inilah Maria bertemu dengan Yusuf, seorang tukang kayu dan mereka pun bertunangan. Sebagai seorang Yahudi, Maria sangat mengharapkan kedatangan Mesias.


Dalam kehidupan Geraja Katolik, Bunda Maria merupakan sosok pribadi yang mempunyai tempat sungguh istimewa. Gereja Katolik sangat menghormatinya, sehingga dapat kita lihat, begitu kuat Devosi terhadap Bunda Maria. Penghormatan ini dilakukan oleh Gereja Katolik dengan berbagai macam cara dan Devosi. Gereja Katolik memberikan bulan khusus, yaitu Mei dan Oktober untuk menghormati Bunda Maria. Pada bulan Mei dan Oktober, Gereja Katolik mengajak umatnya untuk berdoa Rosario, baik secara pribadi maupun berkelompok (baik di lingkungan/stasi, dsb) ataupun lewat ziarah-ziarah ke gua Maria. Dalam kehidupan Liturgi Gereja Katolik, menempatkan beberapa pesta yang berkaitan dengan bunda Maria. Hal tersebut menunjukan bahwa Bunda Maria sungguh mempunyai tempat yang istimewa di dalam Gereja katolik.

Dalam perjalanan Hidupnya Bunda Maria mempunyai relasi yang sangat mesra dengan Putranya Yesus Kristus, sejak ada dalam kandungan serta sampai wafat-Nya, karena ia telah dipilih oleh Allah menjadi Bunda Allah. Lewat kedekatan relasi inilah yang menjadikan Gereja katolik memppunyai keyakinan bahwa Maria sungguh-sungguh istimewa, baik dihadirat Allah maupun manusia. Lewat perjalanan sejarah Gereja dalam bimbingan Roh Kudus, lewat berbagai konsili Nicea, Konsili Efesus, konsili Kalcedon menetapkan bahwa Yesus sebagai Anak Allah, yang memang sungguh-sungguh Allah oleh karena sehakikat dengan Bapa, menjadi daging, menjadi manusia begitu rupa, sehingga Ia adalah Allah dan manusia (secara serentak), namun tetap satu.


MARIOLOGI

Mariologi Katolik Roma membahas kehidupan, berbagai penghormatan kepadanya dalam kehidupan sehari-hari, doa-doa, serta kesenian, musik dan arsitektur yang bertemakan Maria.

Mariologi Katolik Roma masih dan terus-menerus dibentuk tidak hanya oleh ensiklik kepausan tapi juga oleh hal-hal lain yang saling memengaruhi mulai dari tulisan2 para suci, hingga berbagai pembangunan gereja-gereja agung yang didedikasikan untuk Maria di lokasi-lokasi penampakannya, yang diterima sensus fidelium (berdasarkan keimanan bersama) di mana hal ini melengkapi Mariologi dengan komponen “teologi rakyat” yang membedakannya dari komponen-komponen teologi formal lainnya.

Kristologi tanpa Maria adalah suatu hal yang salah (demikian juga sebaliknya) menurut pandangan Gereja, karena teologi tersebut berarti tidak didasarkan pada wahyu Kitab Suci yang penuh. Gereja adalah kumpulan umat Allah karena dirinya adalah Tubuh Kristus Gereja hidup dalam hubungannya dengan Kristus. Sebagai Tubuh Kristus, Gereja juga memiliki hubungan dengan ibu-Nya, yang menjadi topik utama dari Mariologi Katolik. Maria dipandang sebagai citra asli Gereja, atau, seperti yang dinyatakan dalam Konsili Vatikan II “Bunda Gereja”

Doktrin-doktrin Maria dalam Gereja Katolik Roma, termasuk keempat dogma adalah bagian utama dari Mariologi yang terdiri atas ajaran-ajaran dan doktrin-doktrin resmi mengenai hidup dan peran Maria, namun tidak mengikut-sertakan pandangan-pandangan menyeluruh, konroversi dan aspek-aspek kebudayaan devosi kepada Maria.


EMPAT DOGMA MARIA


DOGMA MARIA BUNDA ALLAH
Theotokos / Mater Dei (dirayakan 1 Januari)

Dinyatakan melalui Konsili di Efesus (th 431) dan Konsili Chalcedon (th 451). Kepercayaan gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru sudah berakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan "Theotokos" tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius (masalah ini akan kita bahas nanti).

DOGMA PERAWAN MARIA / Maria Virgini
Konsili Konstantinopel II (553) menyebutkan Bunda Maria sebagai "kudus, mulia dan tetap-Perawan Maria". Konsili ini merangkum ajaran-ajaran penting berkaitan dengan kepercayaan bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Termasuk dalam ajaran ini adalah tentang keperawanan Maria. Dogma ini lebih ditegaskan melalui Pengajaran Magisterium Gereja Katolik dimana doktrin dari keperawanan Maria, sebelum, pada saat dan sesudah kelahiran Yesus dinyatakan secara defintif oleh Paus St. Martin I di Sinode Lateran tahun 649, yang berbunyi Maria yang tetap perawan dan tak bernoda yang terberkati, mengandung tanpa benih manusia, oleh Roh Kudus, dan tanpa kehilangan keutuhan melahirkan Dia dan sesudahnya tetap perawan. Maka, seperti Kritus yang bangkit dengan tubuh-Nya dapat menembus pintu-pintu rumah yang terkunci (lihat Yoh 20: 26), maka pada saat kelahiran-Nya, Ia pun lahir dengan tidak merusak keperawanan ibu-Nya, yaitu Bunda Maria

DOGMA MARIA DIKANDUNG TANPA NODA / Maria Immaculata
8 Desember 1854 Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda melalui Ineffabilis Deus, yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa asal. Bagi Gereja Katolik Roma, dogma Dikandung Tanpa Noda menjadi semakin penting setelah penampakannya di Lourdes pada tahun 1858.

DOGMA MARIA DIANGKAT KE SURGA / Maria Assumpta (dirayakan 15 Agustus)
Ditetapkan oleh Paus Pius XII , tanggal 1 Nov 1950 melalui Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus. Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, dan bukan ‘naik’ ke surga. ‘Diangkat’ berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus ‘naik’ ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri. Maria adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, maka ia yang telah bersatu dengan Yesus akan menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini dengan doa-doanya.



KEISTIMEWAAN MARIA
Dalam kepenuhan dirinya sebagai wanita, Maria menjawab panggilan istimewa itu. Jadi Maria merupakan teladan atau model kita semua sebagai orang beriman, Maria yang diangkat ke surga dengan badan dan jiwa merupakan idealisme umat Allah. Tentu saja idealisme hanya diperlukan selama umat Allah menempuh eksistensi keduniaannya, yakni berziarah.

Di dalam Maria, umat Allah menemukan tanda yang paling cocok untuk menopang aspirasinya mengenai kehidupan surgawi. Maria sebagai citra umat Allah, awal penyempurnaan umat Allah di masa depan dan tanda pengharapan yang pasti bagi umat Allah. Melalui penegasan ini diakui sepenuhnya bahwa Yesus Kristus sendiri telah menggenapi janjiNya perihal eschaton di dalam diri Maria



HARI-HARI RESMI PERAYAAN MARIA
Dalam liturgi resmi Gereja sepanjang tahun dirayakan pesta pesta atau peringatan - peringatan yang berkenaan dengan Bunda Maria. Ini yang disebut "Cultus Publicus", dengan konsekwensi seluruh Gereja terlibat. Menurut kalenderium liturgi sekurang-kurangnya ada 18 (delapan belas) perayaan (sepanjang tahun) yang berhubungan dengan Bunda Maria:

7 perayaan kelas satu(solemnitas), :
• 1 Januari : Santa Maria Bunda Allah;
• 6 Januari, Penampakan Tuhan ;
• 19 Maret, St. Yusuf (suami Maria);
• 25 Maret, Kabar Sukacita;
• 15 Agustus, Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga;
• 8 Desember, Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa;
• 25 Desember, Kelahiran Yesus.

5 perayaan kelas dua (festum), yaitu :
• 2 Febuari, Yesus dipersembahkan Dalam Kenisah;
• 31 Mei, Maria Mengunjungi Elizabet;
• 22 Agustus, Santa Perawan Maria, Ratu;
• 8 September, Kelahiran Santa Perawan Maria;
• 30 Desember, Keluarga Kudus

6 perayaan kelas tiga (memoria), yaitu :
• 11 Februari, Santa Perawan Maria di Lourdes;
• 16 Juli, Santa Perawan Maria di Gunung Karmel;
• 26 Juli, Yoakim dan Anna (orang tua Maria);
• 15 September, Santa Perawan Maria Berdukacita;
• 7 Oktober, Rosario Santa Perawan Maria;
• 21 November, Santa Perawan Maria Dipersembahkan Dalam Bait Allah

Gereja sebagai Umat Allah "mendekati" Bunda Maria karena selain didesak oleh kerinduan untuk menyerupai jalan hidup Maria yang nampaknya membahagiakan; juga didorong untuk sampai kepada Yesus Kristus melalui Maria, Bunda-Nya, dan dari sinilah dasar "Per Mariam ad lesum".


DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA

Jika dicermati, ada beberapa motif devosi kepada Bunda Maria, yaitu :
  • Terdorong untuk membaktikan diri secara menyeluruh demi pengabdian kepada Allah.
  • Membuat kita mengikuti jejak Kristus dan meneladan kerendahan-Nya.
  • Membuahkan kesadaran panggilan dan tugas kehidupan seperti Maria.
  • Merupakan sarana unggul untuk menjaga kemuliaan Allah yang lebih besar.
  • Mengantar kita pada kesatuan dengan Tuhan secara singkat menyenangkan.
  • Memberi kita kebebasan mendalam yang merupakan dambaan sebagai anak-anak Allah (bdk.Rm.8:21).
  • Mendapatkan rahmat agung bagi sesama kita.
  • Merupakan sarana ketekunan yang mengagumkan



PENYIMPANGAN DEVOSI
Saking banyaknya umat yang berdevosi kepada Bunda Maria, akhirnya muncul improvisasi yang pada akhirnya berujung pada penyimpangan-penyimpangan devosi yang sesungguhnya. Bahkan kadang umat tidak mengetahui bahwa itu salah, karena mungkin sudah terbiasa dengan apa yang telah dilakukannya.

Ada beberapa hal penting yang harus dihindari dalam berdevosi kepada Bunda Maria, yaitu :

Melebih-lebihkan peran Ilahi dalam karya penyelamatan.
Ada pendapat ekstrim bahwa "Allah tidak perlu kerja-sama manusiawi. Manusia tidak punya peran apa-apa. Sehingga tidak seorang manusia pun, termasuk Maria, bisa layak dihormati. Karena, penghormatan seperti itu akan mengurangi kemuliaan yang hanya ditujukan kepada Allah". Akibat dari ekstrim ini muncul apa yang kita sebut "MARIOPHOBIA".

Melebih-lebihkan peran manusiawi dalam karya penyelamatan sampai melalaikan peran Ilahi.
Argumen ini menegaskan bahwa Allah membutuhkan sarana untuk menghadirkan diri. Dan sarana paling nyata adalah Yesus Putra-Nya yang lahir dari rahim Maria. Dampaknya, peranan Maria yg begitu dilebih2kan dan pada akhirnya menggeser peran Ilahi...
Akibat yang muncul dari ekstrim ini, orang berkeyakinan bahwa sarana saja sudah cukup. Hormati Maria saja ("Mariocentricisme").

Gereja menganjurkan agar setiap anggota membangun penghormatan yang benar dan sehat terhadap Bunda Maria. Keibuan Maria dalam kehidupan gereja sungguh-sungguh memberi inspirasi pelayanan bagi gereja.

Devosi kepada Bunda Maria pada akhirnya merupakan devosi kepada Kristus, karena anugerah rahmat-Nya sudah jaya dalam diri Maria.

Berdasarkan iman dan ketaatannya pada Sabda Allah, Maria merupakan model yang istimewa bagi gereja dan anggotanya. Maria adalah seorang murid yang luar biasa.

Penampakan, visiun, dan peristiwa-peristiwa luar biasa lainnya yang dihubungkan langsung maupun tidak langsung dengan Maria, boleh dipercaya; boleh tidak dipercaya. Tidak satu pun boleh dipandang essential bagi iman Katolik, entah itu disetujui oleh gereja atau tidak.

Hal penting lainnya, Penampakan, visiun, dan peristiwa-peristiwa luar biasa lainnya yang dihubungkan langsung maupun tidak langsung dengan Maria "TIDAK BOLEH DIPANDANG DAN DITEMPATKAN SEJAJAR DENGAN INJIL" melainkan harus dinilai dalam terang iman Gereja dan hendaknya tidak bertentangan dengan Kitab Suci

Salam Sejahtera, semoga bermanfaat...

Christo et Ecclesiae

dari berbagai sumber