Senin, 24 Juni 2013

Kalau saya bisa menjadi orang baik tanpa perlu menjadi katolik, untuk apa menjadi katolik?

By Cornelius

Orang baik melakukan apa yang ia percayai sebagai hal yang benar dan baik. Anda bisa menjalani pola hidup sehat yang anda yakini sebagai hal yang baik, tapi hal tersebut akan sulit dijalani bila anda tidak mempunyai pengetahuan yang benar tentang pola hidup sehat. Untuk melakukan sesuatu yang baik, diperlukan pengetahuan yang benar.
Kebenaran dan kebaikan tidak terpisahkan. Kalau kita hanya ingin menjadi orang baik, ingin merasa baik terhadap diri kita ( ”feel good about ourself”), maka kita menomor duakan kebenaran. Kebaikan itu penting, tapi kebenaran juga penting. Mentalitas katolik adalah mentalitas both… and (…dan…) bukan either or (…atau…)
Anda hanya bisa menjadi orang katolik yang jujur bila anda meyakini bahwa semua ajaran iman katolik adalah benar. Orang katolik sejati bukanlah katolik kafetaria yang bisa memilih ajaran yang ia suka dan menolak ajaran yang ia tidak suka.
Kita akan memiliki kehidupan yang baik bila kita memiliki pengetahuan tentang makna “kehidupan baik” itu, dan pengetahuan itu kita peroleh dari wahyu ilahi, yang merupakan kebenaran yang berasal dari Allah. Allah menghendaki yang baik dan tidak pernah menghendaki yang jahat, maka wahyu Allah sudah pasti baik bagi manusia. Dari sinilah iman katolik berasal, dan hal ini memampukan kita untuk menjadi kudus, bukan sekedar menjadi baik saja.

Nama Santo Yosef Ditambahkan Dalam Doa Syukur Agung Dan Implementasinya di Lapangan

By Andreas

Pada tanggal 19 Juni 2013, Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen mengeluarkan dekrit tertanggal 1 Mei 2013 dan ditandatangani oleh Prefek dari kongregasi itu, Antonio Canizares Kardinal Llovera, yang menetapkan bahwa, setelah Santa Perawan Maria, nama suaminya Santo Yosef  juga dibacakan dalam Doa Syukur Agung II, III, dan IV.
Fotokopi dari document USCCB tentang pemberitahuan dekrit – Paternas vices (Prot. N. 215/11/L) – dari Kongregasi Ibadat Ilahi
“Umat beriman dalam Gereja Katolik”, seperti yang tertulis didekrit tersebut, ”telah menunjukkan devosi terus menerus kepada Santo Yosef dan telah sungguh-sungguh dan terus-menerus menghormati kenangannya sebagai suami tersuci dari Bunda Allah dan sebagai Pelindung surgawi dari Gereja semesta. Karena alasan ini Beato Paus Yohanes XXIII, pada hari-hari Konsili Ekumenis Vatikan II yang Mahakudus, mengeluarkan dekrit bahwa nama Santo Yosef ditambahkan pada Kanon Romawi kuno (Red: Doa Syukur Agung I). Dalam menanggapi petisi-petisi yang diterima dari tempat-tempat di seluruh dunia, Paus Benediktus XVI menganggap petisi-petisi tersebut layak diimplementasikam dan dengan murah hati menyetujuinya. Demikian juga
Paus Fransiskus baru-baru ini mengukuhkannya. Maka dengan ini Paus didepan hadapan mereka persekutuan penuh Para Kudus yang, pernah berziarah di dunia ini, kini menuntun kita kepada Kristus dan mempersatukan kita bersama dengan Dia”.

Bagaimana implementasinya dilapangan?
“Sehubungan dengan teks Latin, rumusan-rumusan tersebut dengan ini dinyatakan secara khusus. Dengan sendirinya Kongregasi akan segera menyediakan terjemahan asli dalam bahasa-bahasa Barat yang lebih luas; mengenai bahasa-bahasa lain, terjemahan harus disiapkan oleh Konferensi Waligereja, menurut norma hukum, untuk dikukuhkan oleh Tahta Suci melalui Kongregasi ini”, demikian lanjutan isi dari dekrit tersebut.
Seperti yang tertulis diatas terjemahan lokal harus disiapkan (yang resmi terjemahan latin) dan harus lewat pengukuhan dari Tahta Suci, dibutuhkan waktu untuk mengimplementasikan hukum universal ini, di surat tersebut juga tidak dituliskan untuk dilaksanakan sesegera mungkin. Pada umumnya keputusan ini didahului dengan pem-publikasi-an keputusan ke dalam Acta Apostolicae sedis (Vatican Journal Record), dan kemudian tambahan tiga bulan lagi untuk kuat secara hukum menurut KHK  no  8 § 1. 
Tentu saja kami gembira sekali dengan berita ini, tapi dalam waktu dekat kayaknya kita belum bisa mendengar para Imam mengucapkan kalimat yang baru ditambahkan tersebut didalam Doa Syukur Agung II, III atau IV (atau mungkin saja ada Imam-Imam yang belum tahu dengan berita ini). Tiga bulan lagi atau lebih mungkin…?? kita tunggu saja sambil berdoa.

Kamis, 20 Juni 2013

Gereja Katolik di Arab seharga 5 juta dolar akan diresmikan

Gereja Katolik di Arab seharga 5 juta dolar akan diresmikan thumbnail

Perwakilan Vatikan, Fernando Kardinal Filoni akan meresmikan gereja Katolik yang baru dibangun di Ras Al Khaimah, Uni Emirat Arab, pada Jumat ( 21/6).
Kardinal Filoni, Prefek Kongregasi Evangelisasi, akan segera memberkati Gereja St. Anthonius Padua yang berukuran 5.000 meter persegi di distrik Al Jazira Al Hamra yang terletak sekitar 25 kilometer dari kota itu.
Peresmian itu juga akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin Gereja Katolik lain seperti Uskup Agung Peter Rajic, Duta Vatikan dari Jaziarah Arab dan Uskup Paul Hinder, Vikaris Apostolik Arab bagian Selatan.
“Ini adalah kemajuan yang luar biasa,” kata Pastor Galdoft Josef, 73, sekretaris Uskup Paul Hinder, yang berbasis di Abu Dhabi.
“Ras Al Khaimah, kata imam itu, berkembang sangat pesat khususnya di bidang industri dan pariwisata serta para pekerja migran.”
“Kami berterima kasih kepada pihak pemerintah yang telah mengizinkan dan menyediakan lahan bagi kami untuk mendirikan gereja tersebut.”
Ia melaporkan ada sekitar 6.000 umat Katolik yang ada di Ras Al Khalimah.
Di Uni Emirat Arab, katanya, ada sekitar 700.000 umat Katolik, yang pergi ke 10 gereja dan mereka dilayani oleh 40 imam yang bisa berbicara dalam belasan bahasa.
“Gereja sangat hidup di sini, di Afrika dan tentu saja di Asia. Semua anggota kami adalah pekerja migran. Selain Filipina, India dan Arab, kami juga memiliki banyak umat Katolik Korea. Misa-misa di gereja-gereja yang kecil sekalipun di sini juga penuh, sementara di Eropa, katedral besar dan indah hampir kosong karena tidak ada umat,” kata Pastor Galdolf.
Gereja itu memiliki 1.200 kursi dan bisa menampung hingga 1.500 umat. Dua jalan utama menghubungkan gereja baru itu ke  Umm Al Qwain, Ajman dan Sharjah.
Kapel yang ada di distrik Al Nakheel RAK digunakan oleh 500 umat paroki, kadang-kadang melayani lebih dari 10 kali.
Sumber: United Arab Emirates opens $5m Catholic church

Jumat, 14 Juni 2013

Mukjizat Ekaristi

Sebuah Gereja Katolik Di Sri Langka Diserang. Melecehkan Tabernakel: Mukjizat Ekaristi

Photo: Sebuah Gereja Katolik Di Sri Langka Diserang. Melecehkan Tabernakel: Mukjizat Ekaristi</p><p>Tumbuhnya intoleransi agama di Sri Langka: sebuah grup yang tidak dikenal menyerang Gereja Katolik  St. Fransiskus Xaverius Angula di Keuskupan Agung Colombo. Para perusak ini telah menghancurkan patung kuno Bunda Maria dan kemudian dengan kejam menuju ke tabernakel: mereka memindahkan tabernakel dari altar dan mencoba untuk membakar Ekaristi. Kejadian ini terjadi pada tanggal 5 Juni sekitar pukul 10 malam, hingga saat ini Polisi belum bisa mengidentifikasi siapa pelakunya. Menurut banyak orang, ketika penyerangan terjadi, sebuah mukjizat kecil terjadi, yang kemudian membuat semangat mereka disegarkan dan iman mereka dikuatkan kembali. Meskipun tabernakel ditemukan penuh dengan siraman minyak tanah, hosti yang telah dikonsekrasi tersebut tetap tidak tersentuh api dan tetap utuh. "Hal ini merupakan mukjizat yang kuat, melalui ini Yesus memberikan pesan kepada kita semua dan kepada mereka yang melakukan penyerangan ini, tidak ada orang yang bisa menghancurkan Kristus dan kasih-Nya. Karena Ia mati, Ia menyerahkan hidup-Nya untuk kita dan kemudian bangkit lagi. Tidak ada yang bisa melakukan sesuatu kepada-Nya" </p><p>sumber: http://it.radiovaticana.va/news/2013/06/10/sri_lanka:_attaccata_una_chiesa_cattolica._profanato_il_tabernacolo/it1-700181
Tumbuhnya intoleransi agama di Sri Langka: sebuah grup yang tidak dikenal menyerang Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Angula di Keuskupan Agung Colombo. Para perusak ini telah menghancurkan patung kuno Bunda Maria dan kemudian dengan kejam menuju ke tabernakel: mereka memindahkan tabernakel dari altar dan mencoba untuk membakar Ekaristi. Kejadian ini terjadi pada tanggal 5 Juni sekitar pukul 10 malam, hingga saat ini Polisi belum bisa mengidentifikasi siapa pelakunya. Menurut banyak orang, ketika penyerangan terjadi, sebuah mukjizat kecil terjadi, yang kemudian membuat semangat mereka disegarkan dan iman mereka dikuatkan kembali. Meskipun tabernakel ditemukan penuh dengan siraman minyak tanah, hosti yang telah dikonsekrasi tersebut tetap tidak tersentuh api dan tetap utuh. “Hal ini merupakan mukjizat yang kuat, melalui ini Yesus memberikan pesan kepada kita semua dan kepada mereka yang melakukan penyerangan ini, tidak ada orang yang bisa menghancurkan Kristus dan kasih-Nya. Karena Ia mati, Ia menyerahkan hidup-Nya untuk kita dan kemudian bangkit lagi. Tidak ada yang bisa melakukan sesuatu kepada-Nya”sumber

Selasa, 04 Juni 2013

Tidak Taat Kepada Aturan Liturgi Berarti Tidak Mencintai Ekaristi

Yohanes Paulus II: Tidak Taat Kepada Aturan Liturgi Berarti Tidak Mencintai Ekaristi

Setiap Imam yang mempersembahkan Kurban Kudus harus mengingat bahwa dalam Kurban ini bukan hanya dia dan komunitasnya saja yang sedang berdoa, tetapi juga seluruh Gereja, yang dalam sakramen ini mengungkapkan kesatuan rohaninya,.salah satunya dengan menggunakan teks liturgi yang diakui. Menyebut posisi ini sebagai “kengototan untuk keseragaman” hanya menunjukkan ketidaktahuan akan persyaratan obyektif bagi kesatuan yang otentik, dan akan menjadi wabah individualisme yang merugikan.

Ketundukan pelayan, yaitu selebran, kepada mysterium yang telah dipercayakan kepadanya oleh Gereja bagi kebaikan seluruh umat Allah, harus menemukan ungkapannya dalam kepatuhan akan peraturan liturgi mengenai perayaan Kurban Kudus. Hal ini mengacu, secara khusus, kepada pakaian, yang dikenakan oleh selebran. Bagaimanapun juga selalu ada situasi-situasi dimana peraturan ini tidak menjadi suatu kewajiban. Kami sangat tergerak saat membaca buku-buku yang ditulis oleh para imam yang menjadi tahanan di kamp-kamp, dengan gambaran tentang Perayaan Ekaristi tanpa mematuhi peraturan-peraturan yang ada, yaitu tanpa altar dan tanpa pakaian liturgis. Namun, sekalipun kondisi semacam ini merupakan bukti heroisme dan layak dikagumi, tetapi dalam kondisi normal mengabaikan peraturan liturgi dapat diartikan sebagai kurangnya hormat terhadap Ekaristi, yang disebabkan oleh individualisme atau oleh kurangnya rasa kritis terhadap pandangan-pandangan masa kini, atau oleh kurangnya semangat iman.

Bagi kita semua, yang melalui rahmat Allah, menjadi pelayan Ekaristi, ada beban tanggung jawab yang khusus atas gagasan dan sikap saudara-saudari yang telah dipercayakan dalam karya penggembalaan kita. Panggilan kita adalah untuk memperkuat, pertama-tama dengan teladan pribadi, setiap manifestasi ibadat terhadap Kristus yang hadir dan berkarya dalam sakramen cinta. Semoga Allah menghindarkan kita dari tindakan sebaliknya dan memperlemah ibadat dengan “menjadi tidak terbiasa” dengan berbagai manifestasi dan bentuk ibadat ekaristi yang mungkin “tradisional” namun merupakan kesalehan yang sehat, dan yang pertama-tama mengungkapkan “indera iman” yang dimiliki oleh seluruh umat Allah, seperti dikatakan oleh Konsili Vatikan II.

Sementara saya mengakhiri pemikiran-pemikiran saya ini, saya ingin meminta maaf, atas nama saya sendiri dan atas nama kalian semua, saudara saya yang terkasih dan terhormat dalam jabatan uskup- atas semua yang, karena alasan apapun, entah karena kelemahan manusiawi, ketidaksabaran atau kelalaian, dan juga melalui penerapan anjuran Konsili Vatikan II secara sesaat, sepihak dan salah, yang telah menyebabkan skandal dan kekacauan yang menganggu penafsiran doktrin dan penghormatan kepada sakramen agung ini. Dan saya berdoa kepada Tuhan Yesus agar di masa depan kita dapat menghindarkan segala hal dalam cara kita bertindak dengan sakramen ini, segala hal yang dapat melemahkan atau mengaburkan sikap hormat dan cinta yang ada dalam umat kita terhadap sakramen ini.

Prihatin dengan lagu-lagu liturgi pernikahan bergaya pop


Pakar liturgi prihatin dengan lagu-lagu liturgi pernikahan bergaya pop thumbnail


Pakar liturgi
Pastor Gerardus Majella Bosco da Cunha O.Carm
Romo Gerardus Majella Bosco da Cunha O.Carm, sekretaris eksekutif Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia mengatakan ia merasa prihatin dengan lagu-lagu jenis pop  digunakan dalam liturgi pernikahan.
“Saya merasa prihatin dengan lagu-lagu  pop yang digunakan dalam liturgi pernikahan. Hal itu merusak suasana sakral dari liturgi itu sendiri,” kata Romo Bosco, yang juga pakar liturgi, dalam talkshow tentang Ekaristi, yang diadakan di aula katedral Jakarta, pada 1 Juni, yang dihadiri sekitar 150 peserta dari sejumlah paroki di keuskupan agung Jakarta.
Menurutnya, ”Banyak yang memakai lagu pop. Lagu-lagu seperti ini tentu tidak mencerminkan hubungan horizontal antara manusia dan Tuhan.”
Ia mengatakan, lagu yang ideal adalah lagu yang liriknya berasal dari Kitab Suci dan cerminan dari hubungan horizontal antara pasangan pengantin dan Tuhan yang menyatukan mereka.
Romo Bosco menambahkan, ”Kami sedang mengumpulkan lagu-lagu pernikahan dan menyatukannya dalam sebuah buku. Dari seluruh Indonesia, kami coba cari dan seleksi lagu-lagu yang bagus dan cocok secara liturgis. Sekarang, sedang dalam proses penggodokan.”
Mengenai keberadaan event organizer perkawinan yang kerap mengatur jalannya upacara perkawinan, ia berkomentar, ”Sebetulnya, mereka harus tahu kewenangan mengatur. Hanya pastor yang berhak mengatur jalannya upacara ketika pasangan pengantin berada di dalam gereja.”
Ia juga mengkritik tentang cara mengatur pengantin pria masuk dahulu ke dalam gereja dan tunggu di depan altar sementara mempelai wanita masuk kemudian. Menurutnya, cara ini kuno dan merendahkan martabat perempuan. Seharusnya kedua mengantin bersama-sama masuk gereja.
Tentang dekorasi gereja, katanya, juga perlu diperhatikan. ”Boleh meriah, tetapi jangan sampai mengubah gereja jadi semacam pusat hiburan atau mal,” kata Romo Bosco.
Bagi Romo Bosco, keindahan liturgi pernikahan tidak selalu terletak pada meriah dan bagusnya dekorasi. ”Justru dekorasi yang sederhana bisa menampakkan keanggunan sebuah pernikahan.”
Romo Bosco juga menjelaskan liturgi pernikahan yang dilakukan di rumah. Hal itu boleh-boleh saja dilakukan di rumah, asal ada persetujuan dari pastor paroki setempat. “Saya menganjurkan, sebaiknya upacara dilakukan di gereja atau kapel. Ini adalah perayaan liturgis. Jadi, harus terjadi di tempat yang liturgis juga,” ungkapnya.
Sementara seorang peserta seminar yang tidak menyebutkan namanya mendukung pernyataan Romo Bosco. “Menurut saya, liturgi pernikahan diadakan secara sederhana. Yang penting keduanya membangun perkawinan yang langgeng, setia dan saling membahagiakan,” kata wanita yang telah menikah 32 tahun lalu, kepada UCAN Indonesia.
Talkshow ini merupakan salah satu rangkai acara dalam rangka Tahun Iman. Selain acara tersebut pada 2 Juni diadakan pameran peralatan liturgi museum katedral Jakarta, adorasi Ekaristi, dan Misa, yang dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo.
Konradus Epa, Jakarta