Selasa, 04 Juni 2013

Prihatin dengan lagu-lagu liturgi pernikahan bergaya pop


Pakar liturgi prihatin dengan lagu-lagu liturgi pernikahan bergaya pop thumbnail


Pakar liturgi
Pastor Gerardus Majella Bosco da Cunha O.Carm
Romo Gerardus Majella Bosco da Cunha O.Carm, sekretaris eksekutif Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia mengatakan ia merasa prihatin dengan lagu-lagu jenis pop  digunakan dalam liturgi pernikahan.
“Saya merasa prihatin dengan lagu-lagu  pop yang digunakan dalam liturgi pernikahan. Hal itu merusak suasana sakral dari liturgi itu sendiri,” kata Romo Bosco, yang juga pakar liturgi, dalam talkshow tentang Ekaristi, yang diadakan di aula katedral Jakarta, pada 1 Juni, yang dihadiri sekitar 150 peserta dari sejumlah paroki di keuskupan agung Jakarta.
Menurutnya, ”Banyak yang memakai lagu pop. Lagu-lagu seperti ini tentu tidak mencerminkan hubungan horizontal antara manusia dan Tuhan.”
Ia mengatakan, lagu yang ideal adalah lagu yang liriknya berasal dari Kitab Suci dan cerminan dari hubungan horizontal antara pasangan pengantin dan Tuhan yang menyatukan mereka.
Romo Bosco menambahkan, ”Kami sedang mengumpulkan lagu-lagu pernikahan dan menyatukannya dalam sebuah buku. Dari seluruh Indonesia, kami coba cari dan seleksi lagu-lagu yang bagus dan cocok secara liturgis. Sekarang, sedang dalam proses penggodokan.”
Mengenai keberadaan event organizer perkawinan yang kerap mengatur jalannya upacara perkawinan, ia berkomentar, ”Sebetulnya, mereka harus tahu kewenangan mengatur. Hanya pastor yang berhak mengatur jalannya upacara ketika pasangan pengantin berada di dalam gereja.”
Ia juga mengkritik tentang cara mengatur pengantin pria masuk dahulu ke dalam gereja dan tunggu di depan altar sementara mempelai wanita masuk kemudian. Menurutnya, cara ini kuno dan merendahkan martabat perempuan. Seharusnya kedua mengantin bersama-sama masuk gereja.
Tentang dekorasi gereja, katanya, juga perlu diperhatikan. ”Boleh meriah, tetapi jangan sampai mengubah gereja jadi semacam pusat hiburan atau mal,” kata Romo Bosco.
Bagi Romo Bosco, keindahan liturgi pernikahan tidak selalu terletak pada meriah dan bagusnya dekorasi. ”Justru dekorasi yang sederhana bisa menampakkan keanggunan sebuah pernikahan.”
Romo Bosco juga menjelaskan liturgi pernikahan yang dilakukan di rumah. Hal itu boleh-boleh saja dilakukan di rumah, asal ada persetujuan dari pastor paroki setempat. “Saya menganjurkan, sebaiknya upacara dilakukan di gereja atau kapel. Ini adalah perayaan liturgis. Jadi, harus terjadi di tempat yang liturgis juga,” ungkapnya.
Sementara seorang peserta seminar yang tidak menyebutkan namanya mendukung pernyataan Romo Bosco. “Menurut saya, liturgi pernikahan diadakan secara sederhana. Yang penting keduanya membangun perkawinan yang langgeng, setia dan saling membahagiakan,” kata wanita yang telah menikah 32 tahun lalu, kepada UCAN Indonesia.
Talkshow ini merupakan salah satu rangkai acara dalam rangka Tahun Iman. Selain acara tersebut pada 2 Juni diadakan pameran peralatan liturgi museum katedral Jakarta, adorasi Ekaristi, dan Misa, yang dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo.
Konradus Epa, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar