Rabu, 29 Mei 2013

Statistik Gereja Katolik Dalam Buku Tahunan Kepausan 2013

Jumlah umat Katolik secara global tidak banyak berubah yaitu pada angka 1,214 milyar jiwa, meningkat sedikit lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan global untuk periode 2010/2011. Jumlah imam (religius dan diosesan) tumbuh terutama karena kenaikan panggilan di Asia dan Afrika yang membantu menyeimbangkan penurunan di Eropa (turun 9% pada dekade terakhir).


Hal yang sama tidak terjadi pada jumlah biarawati dengan kecenderungan menurun sebesar 10% selama dekade terakhir. Akan tetapi, mungkin statistik paling mengejutkan yang terungkap dalam Annuario Pontificio (Buku Tahunan Kepausan) 2013 adalah ledakan pertumbuhan panggilan diakonat permanen, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat di mana jumlah diakon permanen meningkat lebih dari 40% dalam dekade terakhir.



Buku Tahunan Kepausan 2013 dipresentasikan kepada Bapa Suci pada hari Senin, 13 Mei 2013, oleh Sekretaris Negara Vatikan - Tarcisio Kardinal Bertone dan Pejabat Urusan Umum - Uskup Agung Angelo Becciu. Persiapan buku tahunan baru ini disunting oleh Monsinyur Vittorio Formenti yang bertanggungjawab atas Biro Pusat Statistik Gereja, oleh Prof. Enrico Nenna dan kerabat kerja lainnya.



Pada waktu yang sama, Annuarium Statisticum Ecclesiae (Buku Tahunan Statistik Gereja) tahun 2011 yang juga disunting oleh kantor yang sama dipresentasikan pula kepada Bapa Suci. Kedua volume buku ini akan segera dijual di toko-toko buku.



Bapa Suci menunjukkan rasa syukur atas penyajian tersebut dan  memperlihatkan ketertarikan pada angka-angka yang tergambar di dalamnya. Paus mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah berkontribusi kepada edisi baru dari kedua buku tahunan itu.

Data yang terekam menunjukkan statistik baru sehubungan dengan kehidupan Gereja Katolik di dunia, sepanjang tahun 2012 dan sampai pada pemilihan Paus Fransiskus.

Selama periode ini, 11 keuskupan baru, 2 ordinariat personal, 1 vikariat apostolik dan 1 prefektur apostolik didirikan. 1 prelatur teritorial dinaikkan ke status keuskupan dan 2 eksarkat apostolik (yurisdiksi untuk Katolik Timur, setara vikariat apostolik) dinaikkan menjadi eparki (untuk Katolik Timur, setara keuskupan).

Data statistik dari Annuarium Statisticum merujuk kepada tahun 2011 menyoroti aspek-aspek kehadiran dan pelayanan Gereja Katolik di 2.979 yurisdiksi gerejawi di seluruh dunia.

Jumlah umat Katolik di seluruh dunia meningkat dari 1,196 milyar di tahun 2010 menjadi 1,214 milyar di tahun 2011, meningkat 1,5%. Dan karena pertumbuhan ini hanya sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk bumi (1,23%), kehadiran umat Katolik di dunia pada dasarnya tetap tidak berubah (17,5%). Analisis teritorial dari perubahan-perubahan dalam periode ini menunjukkan peningkatan sebesar 4,3% umat Katolik di Afrika yang populasinya meningkat 2,3%. Asia juga mencatat peningkatan jumlah umat Katolik yang lebih besar dibandingkan kenaikan populasi (2,0% versus 1,2%). Pertumbuhan jumlah umat Katolik di Amerika dan Eropa tetap stabil, sejalan dengan pertumbuhan populasi (0,3%). Di tahun 2011,  jumlah Katolik terbaptis yang tersebar di seluruh benua adalah: 16,0% di Afrika, 48,8% di Amerika, 10,9% di Asia, 23,5% di Eropa dan 0,8% di Oseania.

Jumlah uskup di dunia meningkat dari 5.104 di tahun 2010 menjadi 5.132 di tahun 2011 dengan peningkatan relatif 0,55%. Kenaikan khususnya terjadi di Oseania (4,6%) dan Afrika (+1,0%) sedangkan Asia dan Eropa sedikit di atas rata-rata global. Amerika tidak mencatat perubahan apapun. Meskipun begitu, penyebaran para uskup di berbagai benua tetap stabil selama periode terakhir dengan Amerika dan Eropa sendiri tetap mewakili hampir 70% dari total jumlah uskup.

Secara global, kehadiran para imam diosesan dan religius telah meningkat dari waktu ke waktu, tumbuh dalam dekade terakhir dari 405.067 per tanggal 31 Desember 2001 menjadi 413.418 per tanggal 31 Desember 2011 (+2,1%). Namun, evolusi ini tidak seragam di area geografis yang berbeda. Dinamika jumlah imam di Afrika dan Asia agak menghibur dengan masing-masing penambahan +39,5%  dan +32,0% (dan dengan peningkatan lebih dari 3.000 orang untuk dua benua itu di tahun 2011 saja), sementara Amerika tetap tak berubah sekitar rata-rata dari 122.000 orang. Eropa, bertentangan dengan rata-rata global,  menunjukkan penurunan lebih dari 9% dalam dekade terakhir.



Diakon permanen sedang meledak baik secara global maupun di masing-masing benua dengan jumlah keseluruhan 29.000 lebih di tahun 2001 menjadi sekitar 41.000 pada satu dekade kemudian, dengan variasi lebih dari 40%. Eropa dan Amerika mencatat tren yang paling signifikan dan meningkat. Faktanya, diakon Eropa yang di tahun 2001 berjumlah sedikit lebih banyak dari 9.000 menjadi hampir 14.000 di tahun 2011, meningkat lebih dari 43%. Di Amerika jumlahnya meningkat dari 19.100 di tahun 2001 menjadi lebih dari 26.000 di tahun 2011. Dari kedua benua itu saja mencatat angka 97,4% dari jumlah keseluruhan di dunia dengan sisanya 2,6% terbagi antara antara Afrika, Asia dan Oseania.

Kelompok hidup bakti yang bukan imam terus dengan teguh membangun dirinya selama dekade terakhir dan mencatat angka lebih dari 55.000 pada di tahun 2011. Di Afrika +18,5% dan di Asia +44,9%. Tahun 2011, jumlah dari kedua benua ini lebih dari 36% dari total jumlah keseluruhan (dibandingkan dengan tahun 2001 yang kurang dari 28%). Sebaliknya,  jumlah yang tercatat di Eropa (-18%), Amerika (-3.6%) dan Oseania (-21,9%) turun hampir 8 persen selama dekade terakhir.

Tren yang sangat menurun terjadi pada jumlah biarawati dengan penurunan sebesar 10% dari tahun 2001 hingga tahun 2011. Jumlah biarawati, yang di tahun 2001 sebesar 792.000, sekarang atau sepuluh tahun kemudian hanya 713.000 lebih. Penurunan khususnya terjadi di tiga benua (Eropa, Amerika dan Oseania), dengan variasi signifikan (-22% di Eropa, -21% di Oseania, dan -17% di Amerika). Meskipun begitu, di Afrika dan Asia terjadi peningkatan terus-menerus, lebih dari 28% di Afrika dan 18% di Asia. Dengan demikian,  jumlah biarawati di Afrika dan Asia di luar jumlah keseluruhan meningkat dari 24,4% menjadi sekitar 33%. Sedangkan Eropa dan Amerika masing-masing turun 74% sampai 66%.

Kandidat-kandidat imam diosesan dan religius secara global bertambah dari 112.244 tahun 2001 menjadi 120.616 tahun 2011, meningkat sebesar 7,5%. Perubahan ini sangat berbeda di berbagai benua. Sementara Afrika (+30,9%) dan Asia (+29,4%) menunjukkan pertumbuhan yang baik, Eropa dan Amerika mencatat penurunan masing-masing sebesar 21,7% dan 1,9%. Akibatnya, kita amati penurunan kontribusi benua Eropa untuk pertumbuhan potensial dari pembaharuan kehidupan imamat, dengan kuota yang turun dari 23,1% menjadi 16,8% dibandingkan dengan perkembangan dari benua Afrika dan Asia.

diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari news.va
pax et bonum 

Minggu, 19 Mei 2013

ROH KUDUS DAN KAUM BERIMAN


Roh Kudus berdiam di dalam kaum beriman yang hidup dalam keadaan rahmat; Ia menguduskan mereka baik jiwa maupun badan dan membimbing mereka sebagai anak-anak Allah melewati kehidupan ini.



Pada hari Pentakosta, Kristus mengutus Roh Kudus kepada Gereja. Gereja ialah umat beriman yang hidup dalam persatuan dengan Kristus. Apa yang dilakukan oleh Roh Kudus terhadap Gereja secara umum, dilakukan pula terhadap kaum beriman secara khusus. Roh kudus membimbing dan mengatur kaum beriman; Ia menghibur dan mengutatkan mereka; Ia menguduskan mereka dan mencurahkan rahmat ke dalam hati mereka; Ia memberi terang dan kekuatan; Ia mengajak dan mendorong; Ia terlibat dalam setiap karya kebajikan, dalam setiap perbuatan cintakasih, dalam setiap doa; Ia mempersatukan mereka satu sama lain dan membuat mereka menjadi satu di dalam Kristus, Kepalanya. Dengan demikian Roh Kudus merupakan Pribadi Allah yang memberi kehidupan dan membawa persatuan.

Masih ada satu masalah yang perlu diperhatikan. Sebagaimana Roh Kudus diberikan kepada Gereja dan tinggal di dalamnya, demikian pula Ia hidup di dalam setiap orang saleh. Orang beriman yang berada dalam keadaan rahmat, adalah kenisah Roh Kudus, oleh karena Ia bersemayam di dalam mereka. Tetapi Roh Kudus tidak berdiam seorang diri. Yesus sudah mengatakan: “Orang yang mengasihi Aku, orang itu akan menuruti ajaran-Ku. BapaKu akan mengasihi orang itu. Bapa-Ku dan Aku sendiri akan datang kepada orang itu dan tinggal bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23). Jadi tiga Pribadi Allah; Bapa dan Putera dan Roh Kudus, tinggal di dalam jiwa kita.

Bagaimana mungkin hal itu dapat terjad? Manusia merasa diri begitu biasa, begitu lemah dan penuh dengan dosa. Manusia mengulurkan tangannya kepada Tuhan. Manusia tidak senang dengan Tuhan yang mahakuasa tetapi terlalu jauh; manusia menghendakai Tuhan yang dekat dengannya; manusia menghendaki memiliki Tuhan, manusia hendak menarik Tuhan ke dirinya; manusia menghendaki agar Tuhan menjadi miliknya dan manusia menjadi milik Tuhan. Dan lihatlah, Tuhan menyetujuinya. Dalam kebaikan-Nya, Tuhan hendak memberi diri-Nya sendiri. Ia mau datang kepada jiwa. Ia turun ke dalam jiwa dan tinggal di sana. Ia adalah tamu manusia, sahabat akrab manusia dan Ia bergaul dengan manusia atas cara yang sangat mesra.

Bapa dan Putera dan Roh Kudus tinggal di dalam jiwa orang saleh di dunia ini. Mereka tinggal selama masih ada cintakasih. Kalau cintakasih hilang, maka, walaupun iman dan pengharapan tidak hilang, kontak dengan Tuhan tidak ada lagi. Jadi, walaupun ia mengenal Tuhan dan mungkin juga percaya kepada Tuhan, namun Tuhan tidak tinggal di dalam hati orang berdosa; jiwanya bukanlah tempat tinggal yang layak bagi ketiga Pribadi Allah, jiwanya bukanlah kenisah Tuhan.

Di dalam pembicaraan-Nya tentang kebinasaan kota Yerusalem, Yesus berkata bahwa akhirat akan terjadi apabila Kabar Baik tentang pemerintahan Allah sudah diberitakan ke seluruh dunia (Mat 24:24). Kristus hanya mau mengatakan bahwa hukuman bagi bangsa yang menolak Mesias akan tiba apabila warga Yahudi yang tersebar di dunia yang dikenal pada waktu itu, juga bersalah terhadap penolakan tersebut, oleh karena mereka sudah berkesempatan menerima pewartaan kebahagiaan Kristus.

Santo Paulus mengatakan bahwa Tuhan menolak bangsa Yahudi oleh karena bangsa itu menolak Mesias. Tetapi penolakan itu tidak definitif. Sekali juga Israel akan kembali dengan bantuan rahmat Tuhan. Bagaimanapun juga hari akhirat akan tiba sebelum perkataan ini dipenuhi. Hari itu sendiri tidak menentu dan akan datang dengan tidak terduga.

Sumber: Aku Percaya by RP H. Embruiru SVD

Syahadat

Ajakan membungkuk ketika mengucapkan ”yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria” dalam Syahadat Para Rasul sempat menimbulkan pertanyaan. Apakah ini tata gerak baru dalam liturgi Gereja? Apa pula maksudnya?

Sikap tubuh membungkuk itu sudah lama ada dalam tradisi liturgis. Ketika melakukan gerakan itu, kita sedang menghormati misteri inkarnasi: Allah menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus, melalui Maria yang telah mengandung dari Roh Kudus. Untuk Misa Hari Raya Kabar Gembira dan Natal, cara membungkuk itu diganti dengan berlutut, sebagai bentuk penghormatan yang lebih dalam karena bertepatan dengan waktu perayaan yang berkaitan dengan misteri itu. Ini hanyalah salah satu unsur pada bagian Syahadat.

Menyatakan iman

Setelah disegarkan oleh Sabda Allah dan dicerahkan melalui pengajaran, umat mengungkapkan kembali iman mereka. Ritus ini disebut dengan beberapa nama: Symbolum, Pernyataan Iman (Professio fidei), Aku Percaya (Credo), atau Syahadat. Tradisi yang amat kuno ini bersumber dari liturgi pembaptisan orang Kristiani.

Maksud Syahadat adalah: ”agar seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi Sabda Allah yang dimaklumkan dari Kitab Suci dan dijelaskan dalam homili. Dengan melafalkan kebenaran-kebenaran iman lewat rumus yang disahkan untuk penggunaan liturgis, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok misteri iman…” (PUMR 67).

Gereja telah mengesahkan dua rumus Syahadat untuk digunakan dalam Misa Nikea-Konstantinopel dan Para Rasul. Rumus Syahadat Nikea-Konstantinopel lebih panjang dan lengkap daripada Para Rasul. Meskipun lebih dianjurkan menggunakan rumus pertama itu, banyak imam lebih suka memilih rumus kedua yang lebih pendek. Syahadat Para Rasul atau ikrar pembaptisan Gereja Roma itu digunakan terutama dalam Misa selama Masa Prapaskah dan Paskah.

Sebagai sebuah ikrar, Syahadat ini lebih cocok diucapkan bersama-sama oleh imam dan umat dari awal. Tapi, tidak dilarang untuk dilagukan. PUMR 68 juga memberi caranya: ”Pernyataan Iman itu dilagukan atau diucapkan oleh imam bersama dengan umat pada Hari Minggu dan Hari Raya. … dapat diucapkan juga pada perayaan-perayaan khusus yang meriah.”

Lebih lanjut dijelaskan: ”Kalau dilagukan, Syahadat diangkat oleh imam atau, lebih serasi, oleh solis atau kor. Selanjutnya… dilagukan entah oleh seluruh umat bersama-sama, entah silih berganti antara umat dan kor. Kalau tidak dilagukan, …dibuka oleh imam, selanjutnya didaras oleh seluruh umat bersama-sama atau silih berganti antara dua kelompok jemaat.” Semua peraya yang hadir melakukan ritus ini dengan berdiri.

Mengakui Trinitas

Sebenarnya masih ada satu lagi jenis ikrar pembaptisan, yakni yang digunakan dalam Misa Malam Paskah, bagian dari Pembaruan Janji Baptis. Rumus ini berupa tanya jawab. Imam bertanya dan umat menjawab: ”Saya percaya.” Maka, dalam Misa Romawi berlaku tiga rumus ikrar pembaptisan resmi. Rumus lain di luar tiga itu tidak boleh digunakan.

Ketiga rumus Pernyataan Iman itu mengandung unsur trinitaris. Ada tiga struktur yang masing-masing merangkum penjelasan tentang apa yang kita imani akan Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, serta relasi mereka satu sama lain. Dari ketiga pribadi itu, yang tentang Allah Putra adalah yang terbanyak dijelaskan.

Percaya akan Allah Tritunggal atau Trinitas adalah percaya akan tiga pribadi Allah, percaya akan hidup ilahi yang dinyatakan melalui wafat dan kebangkitan Yesus, pribadi kedua. Inilah yang diwartakan dan diakui Gereja sejak zaman para Rasul. Kita juga dapat memahami misteri Trinitas melalui komunitas gerejawi. Pengakuan akan Allah Trinitas adalah juga pengakuan akan Gereja yang satu, kudus, Katolik, dan apostolik. Gereja menjadi tempat kehidupan ilahi yang bisa dirasakan juga oleh para anggotanya.

Christophorus H. Suryanugraha OSC
Ketua Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia

Sumber:
http://www.hidupkatolik.com/2012/05/10/percaya-kepada-allah-tritunggal

Pertumbuhan umat Katolik meningkat di Asia

Jumlah umat Katolik meningkat dengan cepat di Asia dan Afrika, demikian data yang dirilis pada Senin oleh Vatikan, namun di kawasan lain menunjukkan kestabilan dan bahkan menurun di Amerika, Eropda Oseania
Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan umat Katolik di Asia meningkat dari seluruh penduduk di benua itu. Di antara tahun 2010 dan tahun 2011 kawasan ini mengalami peningkatan pertumbuhan dua persen, dibandingkan dengan 1,2 persen sebelumnya. Angka yang sama tercatat di Afrika, sementara di seluruh dunia umat Katolik berkembang sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
Benua Amerika tetap menjadi wilayah yang paling banyak umat Katolik, dengan jumlah kurang dari setengah penduduk dunia.
Tren pertumbuhan Gereja di Asia dan Afrika juga tercermin dalam jumlah imam dan seminaris. Sementara di Eropa jumlah mereka telah menurun hampir 10 persen dalam satu dekade terakhir, di Afrika jumlahnya naik 39,5 persen sejak tahun 2000, dan di Asia meningkat 32 persen.
Kecenderungan ini bisa mempercepat pertumbuhan di tahun-tahun mendatang, terutama karena para calon imam menjadi semakin langka di Eropa dan Amerika.
Angka itu berbeda dengan Religius wanita. Jumlah biarawati telah menyusut hampir 10 persen dari tahun 2001, dengan hanya 713.000  tahun 2011 dibandingkan dengan 792.000 satu dekade lalu.
Dengan penurunan tajam di Eropa, Oceania dan Amerika, pertumbuhan yang cepat di Asia dan Afrika belum mampu mengimbangi tren itu.

Kamis, 16 Mei 2013

Salam Maria adalah Doa yang Hebat

Sebuah Kisah Nyata : Salam Maria adalah Doa yang Hebat

Salam Maria dari seorang Protestan sangat hebat! – (Sebuah Kisah Nyata)
Anak laki-laki, protestan, berusia 6 tahun, sering mendengar temannya yang katolik mendoakan Salam Maria. Ia menyukainya sehingga ia menirunya, mengingatnya dan mendoakannya setiap hari. ‘Lihat ibu, ini doa yang indah’, ia berkata kepada ibunya suatu hari. ‘Jangan pernah mengucapkannya’, jawab ibunya. ‘Salam Maria adalah doa tahayul orang katolik yang menyembah berhala dan berpikir bahwa Maria adalah Dewi’. Bagaimanapun, ia adalah wanita seperti yang lain. Ambillah Kitab Suci ini dan bacalah. Kitab Suci mengandung segalanya tentang apa yang harus kita lakukan.
Sejak saat itu anak laki-laki itu tidak melanjutkan Salam Maria-nya setiap hari dan menghabiskan waktunya membaca kitab suci. Suatu hari, selagi ia membaca Injil, ia melihat kutipan tentang Kabar Gembira Malaikat kepada Bunda Kita. Dengan penuh suka cita, anak laki-laki itu berlari kepada ibunya dan berkata,”Ibu, aku telah menemukan Salam Maria di kitab suci yang berkata :’Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau diantara wanita’. Mengapa engkau menyebutnya doa tahayul?”.
Pada kesempatan lain ia menemukan pemberian hormat yang indah dari St. Ezlibateh kepada Perawan Maria dan nyanyian pujian yang luar biasa. MAGNIFICAT dimana Maria diramalkan bahwa “para bangsa akan menyebutnya berbahagia”. Ia tidak mengucapkan apapun kepada ibunya namun mulai mendoakan Salam Maria setiap hari seperti sebelumnya. Ia merasakan kesenangan dalam menujukan kata-kata yang memikat itu kepada Ibu Yesus, Penyelamat kita.
Ketika ia berusia 14 tahun, suatu hari ia mendengar diskusi tentang Bunda Kita diantara anggota keluarganya. Setiap orang berkata bahwa Maria sama seperti wanita lainnya. Anak itu, setelah mendengar penalaran mereka yang keliru, tidak dapat bertahan lagi, dan dengan penuh amarah, ia berkata: ‘Maria tidak seperti anak Adam lainnya, ternoda dengan dosa. Tidak! Malaikat menyebutnya PENUH RAHMAT DAN TERBERKATI DIANTARA WANITA. Maria adalah Ibu Yesus Kristus dan konsekuensinya ia adalah Bunda Allah. Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dimana ciptaan bisa diangkat seperti itu.
Injil berkata bahwa para bangsa akan memproklamasikan ia sebagai yang berbahagia dan kamu mencoba merendahkannya. Semangatmu bukanlah semangat Injil atau Kitab Suci yang kamu katakan adalah fondasi agama Kristen’. Begitu dalam kesan ucapan anak itu sehingga membuat ibunya menangis dengan sedih: ‘Oh Allahku!’ Aku takut putraku ini suatu hari akan bergabung dengan agama katolik, agama para Paus!’ Dan memang, tidak lama setelahnya, setelah melakukan pembelajaran serius tentang protestanisme dan katolisisme, anak laki-lak itu menemukan bahwa Katolik adalah satu-satunya agama yang benar dan menganutnya dan menjadi satu dari rasulnya yang paling bersemangat.
Setelah pertobatannya dari protestan ke katolik, ia bertemu saudara perempuannya yang telah menikah, yang memakinya dan berkata dengan marah :’Kau tidak tahu betapa aku mencintai anak-anakku. Jika salah satu dari mereka ingin menjadi katolik, Aku akan menusuk hatinya dengan pisau dan mengijinkannya untuk menganut agama Paus!’ Kemarahan dan wataknya sehebat kemarahan St. Paulus sebelum pertobatannya. Namun, ia akan mengubah jalannya, seperti yang dilakukan St. Paulus di jalan menuju Damaskus.
Suatu ketika putranya menderita sakit parah dan dokter menyerah untuk menyembuhkannya. Saudara laki-lakinya kemudian mendekatinya dan berbicara kepadanya dengan penuh kasih sayang, berkata :”Saudariku terkasih, kamu berharap anakmu disembuhkan. Baik, maka lakukanlah apa yang kuminta. Ikuti aku, mari kita berdoa satu kali Salam Maria dan berjanjilah pada Allah bahwa, jika putramu sembuh, kamu akan secara serius mempelajar doktrin katolik, dan kesimpulanmu haruslah bahwa katolisisme adalah satu-satunya agama yang benar, kamu akan menganutnya tidak peduli apapun pengorbanannya”
Saudarinya agak enggan pada awalnya tapi ia berharap akan kesembuhan putranya. Ia menerima usul saudaranya dan mendoakan Salam Maria bersama dengannya. Hari berikutnya putranya sembuh total! Ibunya memenuhi janjinya dan mempelajari doktrin katolik. Setelah persiapan panjang ia menerima sakramen baptis bersama keluarganya, berterima kasih pada saudaranya karena telah menjadi rasul baginya.
*Kisah ini diceritakan selama khotbah yang diberikan oleh Rev. Romo Tuckwel. ‘Saudara-saudara, ia berkata,’Anak laki-laki yang menjadi katolik dan mentobatkan saudara perempuannya ke katolisisme mendedikasikan seluruh hidupnya kepada pelayanan Allah. Ia adalah imam yang sedang berbicara kepadamu sekarang!’
Betapa aku berhutang budi kepada Bunda Kita. Kamu juga, saudaraku, dedikasikanlah semuanya kepada Bunda Kita dan jangan pernah membiarkan harimu berlalu tanpa mengucapkan doa yang indah, Salam Maria, dan Rosariomu. Mintalah ia menerangi pikiran para protestan yang terpisah dari Gereja Kristus yang sejati yang didirikan diatas Batu Karang (Petrus) dan ‘alam maut tidak akan menguasainya’

7 Kutipan Katolik



“Janganlah puas menjalani kehidupan Kristiani yang biasa-biasa saja. Berjalanlah dengan kebulatan tekad disepanjang jalan kekudusan” – Paus Fransiskus
“Mulailah dari sekarang…percayalah padaku, jangan menunggu sampai besok untuk mulai menjadi orang kudus” – St. Theresia Lisieux
“Ketika anda berkata “YA” kepada Allah tanpa syarat, anda tidak akan tahu seberapa jauh “YA” tersebut akan membawa anda” – Hans ur Von Baltashar
“Saya tidak mampu melakukan hal-hal besar, tapi saya ingin melakukan segala sesuatu, bahkan hal-hal terkecil sekalipun, untuk kemuliaan Allah yang lebih besar” – St. Dominic Savio
“Kita harus memiliki iman seperti anak-anak, tetapi ajaran para teolog” – St. Josemaria Escriva

“Kehendak Allah bagi kita ada dalam 24 jam sehari; orang-orang, tempat-tempat, situasi yang Ia tempatkan dihadapan kita saat itu. Semua itu adalah hal-hal yang Allah ketahui penting bagi -Nya dan kita di saat itu, dan semua itu adalah hal-hal yang atasnya Ia ingin kita bertindak, bukan karena prinsip abstrak ataupun keinginan subjektif untuk “melakukan kehendak Allah”. Bukan, hal-hal ini, yang ada dalam 24 jam sehari, adalah kehendak-Nya; kita harus belajar mengenali kehendak-Nya dalam realita suatu situasi” - Romo Walter Ciszek  “Kebenaran yang jelas dan sederhana adalah bahwa kehendak-Nya adalah apa yang sesungguhnya Ia kehendaki dikirimkan kepada kita setiap hari, dalam situasi, tempat, orang-orang dan permasalahan. Caranya adalah untuk belajar melihat bahwa – tidak hanya dalam teori, atau hanya sekedar kadang-kadang saja dalam pemahaman sekilas yang diberikan oleh rahmat Allah, tapi setiap hari. Kita semua tidak perlu bertanya-tanya tentang apa seharusnya yang Allah kehendaki bagi kita; kehendak-Nya bagi kita dengan jelas dinyatakan dalam setiap situasi setiap harinya, bila kita dapat belajar melihat segala hal seperti Ia melihatnya dan mengirimkannya kepada kita” – Romo Walter Ciszek



MENGENAL LEBIH DALAM AJARAN GEREJA TENTANG BUNDA MARIA

PENGAJARAN DASAR

Maria adalah seorang gadis belia yang diperkirakan lahir di kota Sepphoris (sebelah utara Palestina), sebuah kota besar di mana bangsa Yahudi dan bangsa Romawi hidup berdampingan dengan damai. Sepphoris adalah ibu kota Galilea. Kota yang memiliki banyak rumah yang indah dan sebuah gedung teater yang besar, luluh lantak dilanda gempa bumi besar ketika Maria masih kanak-kanak. Bencana inilah yang menyebabkan keluarga Maria pindah beberapa mil jauhnya ke Nazareth yaitu sebuah dusun kecil.

“Nazareth” dalam bahasa Ibrani mempunyai dua arti yang berbeda. Nazareth bisa berarti bunga bakung yang merupakan simbol kehidupan, dan Nazareth dapat juga berarti “keturunan”. Di kota inilah Maria bertemu dengan Yusuf, seorang tukang kayu dan mereka pun bertunangan. Sebagai seorang Yahudi, Maria sangat mengharapkan kedatangan Mesias.


Dalam kehidupan Geraja Katolik, Bunda Maria merupakan sosok pribadi yang mempunyai tempat sungguh istimewa. Gereja Katolik sangat menghormatinya, sehingga dapat kita lihat, begitu kuat Devosi terhadap Bunda Maria. Penghormatan ini dilakukan oleh Gereja Katolik dengan berbagai macam cara dan Devosi. Gereja Katolik memberikan bulan khusus, yaitu Mei dan Oktober untuk menghormati Bunda Maria. Pada bulan Mei dan Oktober, Gereja Katolik mengajak umatnya untuk berdoa Rosario, baik secara pribadi maupun berkelompok (baik di lingkungan/stasi, dsb) ataupun lewat ziarah-ziarah ke gua Maria. Dalam kehidupan Liturgi Gereja Katolik, menempatkan beberapa pesta yang berkaitan dengan bunda Maria. Hal tersebut menunjukan bahwa Bunda Maria sungguh mempunyai tempat yang istimewa di dalam Gereja katolik.

Dalam perjalanan Hidupnya Bunda Maria mempunyai relasi yang sangat mesra dengan Putranya Yesus Kristus, sejak ada dalam kandungan serta sampai wafat-Nya, karena ia telah dipilih oleh Allah menjadi Bunda Allah. Lewat kedekatan relasi inilah yang menjadikan Gereja katolik memppunyai keyakinan bahwa Maria sungguh-sungguh istimewa, baik dihadirat Allah maupun manusia. Lewat perjalanan sejarah Gereja dalam bimbingan Roh Kudus, lewat berbagai konsili Nicea, Konsili Efesus, konsili Kalcedon menetapkan bahwa Yesus sebagai Anak Allah, yang memang sungguh-sungguh Allah oleh karena sehakikat dengan Bapa, menjadi daging, menjadi manusia begitu rupa, sehingga Ia adalah Allah dan manusia (secara serentak), namun tetap satu.


MARIOLOGI

Mariologi Katolik Roma membahas kehidupan, berbagai penghormatan kepadanya dalam kehidupan sehari-hari, doa-doa, serta kesenian, musik dan arsitektur yang bertemakan Maria.

Mariologi Katolik Roma masih dan terus-menerus dibentuk tidak hanya oleh ensiklik kepausan tapi juga oleh hal-hal lain yang saling memengaruhi mulai dari tulisan2 para suci, hingga berbagai pembangunan gereja-gereja agung yang didedikasikan untuk Maria di lokasi-lokasi penampakannya, yang diterima sensus fidelium (berdasarkan keimanan bersama) di mana hal ini melengkapi Mariologi dengan komponen “teologi rakyat” yang membedakannya dari komponen-komponen teologi formal lainnya.

Kristologi tanpa Maria adalah suatu hal yang salah (demikian juga sebaliknya) menurut pandangan Gereja, karena teologi tersebut berarti tidak didasarkan pada wahyu Kitab Suci yang penuh. Gereja adalah kumpulan umat Allah karena dirinya adalah Tubuh Kristus Gereja hidup dalam hubungannya dengan Kristus. Sebagai Tubuh Kristus, Gereja juga memiliki hubungan dengan ibu-Nya, yang menjadi topik utama dari Mariologi Katolik. Maria dipandang sebagai citra asli Gereja, atau, seperti yang dinyatakan dalam Konsili Vatikan II “Bunda Gereja”

Doktrin-doktrin Maria dalam Gereja Katolik Roma, termasuk keempat dogma adalah bagian utama dari Mariologi yang terdiri atas ajaran-ajaran dan doktrin-doktrin resmi mengenai hidup dan peran Maria, namun tidak mengikut-sertakan pandangan-pandangan menyeluruh, konroversi dan aspek-aspek kebudayaan devosi kepada Maria.


EMPAT DOGMA MARIA


DOGMA MARIA BUNDA ALLAH
Theotokos / Mater Dei (dirayakan 1 Januari)

Dinyatakan melalui Konsili di Efesus (th 431) dan Konsili Chalcedon (th 451). Kepercayaan gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru sudah berakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan "Theotokos" tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius (masalah ini akan kita bahas nanti).

DOGMA PERAWAN MARIA / Maria Virgini
Konsili Konstantinopel II (553) menyebutkan Bunda Maria sebagai "kudus, mulia dan tetap-Perawan Maria". Konsili ini merangkum ajaran-ajaran penting berkaitan dengan kepercayaan bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Termasuk dalam ajaran ini adalah tentang keperawanan Maria. Dogma ini lebih ditegaskan melalui Pengajaran Magisterium Gereja Katolik dimana doktrin dari keperawanan Maria, sebelum, pada saat dan sesudah kelahiran Yesus dinyatakan secara defintif oleh Paus St. Martin I di Sinode Lateran tahun 649, yang berbunyi Maria yang tetap perawan dan tak bernoda yang terberkati, mengandung tanpa benih manusia, oleh Roh Kudus, dan tanpa kehilangan keutuhan melahirkan Dia dan sesudahnya tetap perawan. Maka, seperti Kritus yang bangkit dengan tubuh-Nya dapat menembus pintu-pintu rumah yang terkunci (lihat Yoh 20: 26), maka pada saat kelahiran-Nya, Ia pun lahir dengan tidak merusak keperawanan ibu-Nya, yaitu Bunda Maria

DOGMA MARIA DIKANDUNG TANPA NODA / Maria Immaculata
8 Desember 1854 Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda melalui Ineffabilis Deus, yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa asal. Bagi Gereja Katolik Roma, dogma Dikandung Tanpa Noda menjadi semakin penting setelah penampakannya di Lourdes pada tahun 1858.

DOGMA MARIA DIANGKAT KE SURGA / Maria Assumpta (dirayakan 15 Agustus)
Ditetapkan oleh Paus Pius XII , tanggal 1 Nov 1950 melalui Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus. Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, dan bukan ‘naik’ ke surga. ‘Diangkat’ berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus ‘naik’ ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri. Maria adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, maka ia yang telah bersatu dengan Yesus akan menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini dengan doa-doanya.



KEISTIMEWAAN MARIA
Dalam kepenuhan dirinya sebagai wanita, Maria menjawab panggilan istimewa itu. Jadi Maria merupakan teladan atau model kita semua sebagai orang beriman, Maria yang diangkat ke surga dengan badan dan jiwa merupakan idealisme umat Allah. Tentu saja idealisme hanya diperlukan selama umat Allah menempuh eksistensi keduniaannya, yakni berziarah.

Di dalam Maria, umat Allah menemukan tanda yang paling cocok untuk menopang aspirasinya mengenai kehidupan surgawi. Maria sebagai citra umat Allah, awal penyempurnaan umat Allah di masa depan dan tanda pengharapan yang pasti bagi umat Allah. Melalui penegasan ini diakui sepenuhnya bahwa Yesus Kristus sendiri telah menggenapi janjiNya perihal eschaton di dalam diri Maria



HARI-HARI RESMI PERAYAAN MARIA
Dalam liturgi resmi Gereja sepanjang tahun dirayakan pesta pesta atau peringatan - peringatan yang berkenaan dengan Bunda Maria. Ini yang disebut "Cultus Publicus", dengan konsekwensi seluruh Gereja terlibat. Menurut kalenderium liturgi sekurang-kurangnya ada 18 (delapan belas) perayaan (sepanjang tahun) yang berhubungan dengan Bunda Maria:

7 perayaan kelas satu(solemnitas), :
• 1 Januari : Santa Maria Bunda Allah;
• 6 Januari, Penampakan Tuhan ;
• 19 Maret, St. Yusuf (suami Maria);
• 25 Maret, Kabar Sukacita;
• 15 Agustus, Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga;
• 8 Desember, Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa;
• 25 Desember, Kelahiran Yesus.

5 perayaan kelas dua (festum), yaitu :
• 2 Febuari, Yesus dipersembahkan Dalam Kenisah;
• 31 Mei, Maria Mengunjungi Elizabet;
• 22 Agustus, Santa Perawan Maria, Ratu;
• 8 September, Kelahiran Santa Perawan Maria;
• 30 Desember, Keluarga Kudus

6 perayaan kelas tiga (memoria), yaitu :
• 11 Februari, Santa Perawan Maria di Lourdes;
• 16 Juli, Santa Perawan Maria di Gunung Karmel;
• 26 Juli, Yoakim dan Anna (orang tua Maria);
• 15 September, Santa Perawan Maria Berdukacita;
• 7 Oktober, Rosario Santa Perawan Maria;
• 21 November, Santa Perawan Maria Dipersembahkan Dalam Bait Allah

Gereja sebagai Umat Allah "mendekati" Bunda Maria karena selain didesak oleh kerinduan untuk menyerupai jalan hidup Maria yang nampaknya membahagiakan; juga didorong untuk sampai kepada Yesus Kristus melalui Maria, Bunda-Nya, dan dari sinilah dasar "Per Mariam ad lesum".


DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA

Jika dicermati, ada beberapa motif devosi kepada Bunda Maria, yaitu :
  • Terdorong untuk membaktikan diri secara menyeluruh demi pengabdian kepada Allah.
  • Membuat kita mengikuti jejak Kristus dan meneladan kerendahan-Nya.
  • Membuahkan kesadaran panggilan dan tugas kehidupan seperti Maria.
  • Merupakan sarana unggul untuk menjaga kemuliaan Allah yang lebih besar.
  • Mengantar kita pada kesatuan dengan Tuhan secara singkat menyenangkan.
  • Memberi kita kebebasan mendalam yang merupakan dambaan sebagai anak-anak Allah (bdk.Rm.8:21).
  • Mendapatkan rahmat agung bagi sesama kita.
  • Merupakan sarana ketekunan yang mengagumkan



PENYIMPANGAN DEVOSI
Saking banyaknya umat yang berdevosi kepada Bunda Maria, akhirnya muncul improvisasi yang pada akhirnya berujung pada penyimpangan-penyimpangan devosi yang sesungguhnya. Bahkan kadang umat tidak mengetahui bahwa itu salah, karena mungkin sudah terbiasa dengan apa yang telah dilakukannya.

Ada beberapa hal penting yang harus dihindari dalam berdevosi kepada Bunda Maria, yaitu :

Melebih-lebihkan peran Ilahi dalam karya penyelamatan.
Ada pendapat ekstrim bahwa "Allah tidak perlu kerja-sama manusiawi. Manusia tidak punya peran apa-apa. Sehingga tidak seorang manusia pun, termasuk Maria, bisa layak dihormati. Karena, penghormatan seperti itu akan mengurangi kemuliaan yang hanya ditujukan kepada Allah". Akibat dari ekstrim ini muncul apa yang kita sebut "MARIOPHOBIA".

Melebih-lebihkan peran manusiawi dalam karya penyelamatan sampai melalaikan peran Ilahi.
Argumen ini menegaskan bahwa Allah membutuhkan sarana untuk menghadirkan diri. Dan sarana paling nyata adalah Yesus Putra-Nya yang lahir dari rahim Maria. Dampaknya, peranan Maria yg begitu dilebih2kan dan pada akhirnya menggeser peran Ilahi...
Akibat yang muncul dari ekstrim ini, orang berkeyakinan bahwa sarana saja sudah cukup. Hormati Maria saja ("Mariocentricisme").

Gereja menganjurkan agar setiap anggota membangun penghormatan yang benar dan sehat terhadap Bunda Maria. Keibuan Maria dalam kehidupan gereja sungguh-sungguh memberi inspirasi pelayanan bagi gereja.

Devosi kepada Bunda Maria pada akhirnya merupakan devosi kepada Kristus, karena anugerah rahmat-Nya sudah jaya dalam diri Maria.

Berdasarkan iman dan ketaatannya pada Sabda Allah, Maria merupakan model yang istimewa bagi gereja dan anggotanya. Maria adalah seorang murid yang luar biasa.

Penampakan, visiun, dan peristiwa-peristiwa luar biasa lainnya yang dihubungkan langsung maupun tidak langsung dengan Maria, boleh dipercaya; boleh tidak dipercaya. Tidak satu pun boleh dipandang essential bagi iman Katolik, entah itu disetujui oleh gereja atau tidak.

Hal penting lainnya, Penampakan, visiun, dan peristiwa-peristiwa luar biasa lainnya yang dihubungkan langsung maupun tidak langsung dengan Maria "TIDAK BOLEH DIPANDANG DAN DITEMPATKAN SEJAJAR DENGAN INJIL" melainkan harus dinilai dalam terang iman Gereja dan hendaknya tidak bertentangan dengan Kitab Suci

Salam Sejahtera, semoga bermanfaat...

Christo et Ecclesiae

dari berbagai sumber

Selasa, 14 Mei 2013

Ketika Katolik Menjadi Ateis Praktis


Bapa Suci Benediktus XVI
Ateis Praktis haruslah dibedakan dari Ateis Aktual atau Ateis Teoritis. Ateis Praktis adalah orang-orang beragama yang mengakui bahwa mereka beragama tetapi mereka hidup seolah-olah Tuhan itu tidak ada. Sedangkan Ateis Teoritis adalah Ateis yang secara terang-terangan menolak eksistensi Tuhan dan mereka berusaha membuat argumen-argumen untuk menyangkal keberadaan Tuhan. Setiap orang Katolik yang mengakui bahwa ia percaya kepada Allah dapat saja menjadi seorang Ateis Praktis dan dengan demikian menjadi ancaman yang lebih besar daripada Ateis Teoritis.

Dalam Audiensi-nya tanggal 14 November 2012, Paus Benediktus XVI berkata bahwa “pada waktu kita sekarang terdapat fenomena yang berbahaya bagi iman; ada fakta sebuah bentuk ateisme yang kita definisikan sebagai “praktis” yang tidak menolak kebenaran-kebenaran iman atau ibadah-ibadah religius tetapi dengan mudah menganggap itu semua tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari, terlepas dari hidup, tidak berguna. Seringkali, kemudian, orang-orang percaya kepada Allah dengan cara yang mudah, tetapi hidup “seolah-olah Allah tidak ada” (etsi Deus non daretur). Pada akhirnya, cara hidup seperti ini lebih menghancurkan karena membawa kepada sikap acuh tak acuh terhadap iman dan pertanyaan mengenai Allah.”

Paus juga menambahkan “Dengan mengaburkan acuan kepada Allah, cakrawala etika juga dikaburkan [dan] memberikan ruang bagi relativisme dan konsep kebebasan yang ambigu yang bukannya malah membebaskan tetapi justru mengikat manusia kepada berhala.”

Contoh sederhana dari Ateisme Praktis adalah ketika mengakui bahwa Tuhan itu ada dan melihat segala yang kita lakukan tetapi kita malah berbohong untuk kepentingan kita dan kemudian mengabaikan kebenaran bahwa Allah itu ada dan melihat kebohongan kita itu. Pada saat kita secara sukarela dan sadar melakukan dosa bohong itu, kita telah mengabaikan Allah yang jelas menolak dosa bohong itu.

Contoh lain yang lebih kompleks adalah mengenai ajaran-ajaran moral Gereja yang berasal dari wahyu Ilahi. Tidak sedikit kita lihat bahwa ada banyak wanita melakukan aborsi demi kebebasan entah itu kebebasan dari malu (misalnya bila anak yang ia kandung adalah akibat dari hubungan di luar nikah) maupun kebebasan dari beban mengurusi anak. Dalam hal Alat Kontrasepsi Buatan, banyak orang Katolik, meskipun tahu bahwa penggunaan Alat Kontrasepsi Buatan adalah dosa, tetap menggunakan alat tersebut demi menghindari “kesusahan” dari mengurus anak yang lebih banyak.

Kita bisa melihat lebih jelas bahwa demi keuntungan pribadi, banyak dari kita menyangkal keberadaan Allah dan ajaran-Nya secara praktis dalam perbuatan-perbuatan kita. Malah tidak jarang lagi, banyak dari kita sudah kehilangan “perasaan berdosa” dan dengan enteng kemudian melakukan dosa yang sama berkali-kali. Ketika seorang teman menegur kita karena dosa kita itu, kita kemudian malah balik berkata dan menyerang, “Kamu itu jangan menghakimi saya. Suka-suka saya dong untuk melakukan ini.” Ya, ketika kita juga mulai membela diri kita sekalipun kita berdosa dengan kata-kata seperti “Suka-suka saya”, “Terserah saya dong”, “Masa bodoh dengan itu” dan sebagainya, kita semakin menarik diri kita menjauh dari Allah dan semakin jelas kita akan menjadi Ateis Praktis. Kita mengakui dan mengimani Tuhan di mulut dan pikiran kita, tetapi di saat yang bersamaan kita juga terikat kuat kepada dosa dan berhala. Perlu diulang kembali pernyataan Paus Pius XII yang masih relevan sampai sekarang: “The greatest sin of our modern generation is that it has lost all sense of sin.” – “Dosa terbesar generasi modern kita adalah generasi modern kita telah kehilangan semua rasa berdosa.”

Lalu apa efek dari “Seorang Katolik Menjadi Ateis Praktis” ini? Yang pasti adalah kebenaran Allah dan Gereja menjadi tersamarkan dan terkaburkan. Orang Katolik yang harusnya menjadi injil yang hidup dan menghidupi injil, justru menjadi batu sandungan bagi mereka yang berada di luar Kristus dan Gereja. Kita tidak bisa mengatur cara berpikir dan menilai orang lain. Banyak dari mereka yang berada di luar Kristus dan Gereja menilai apa yang tampak dari mata mereka. Tidak jarang nama Kristus dan Gereja akhirnya yang harus menanggung penghinaan atau pandangan negatif karena kita yang menjadi Ateis Praktis ini.

Apa yang kita lakukan untuk berbalik dari Ateis Praktis ini? Paduan pesan St. Yohanes Krisostomos dan St. Yosef  Leonessa ini bisa menjadi pesan yang bagus buat kita.

“Tetapi dapatkah tulisan yang satu ditulis di atas tulisan yang lain? Jika tulisan yang duluan tidak dihapus, maka tulisan yang baru tidak dapat ditulis di atasnya. Di dalam hatimu ada tertulis kelobaan, kesombongan, pemborosan dan cacat-cacat lainnya. Bagaimana kita dapat menulis kerendahan hati, kesusilaan dan keutamaan-keutamaan lainnya, jika cacat-cacat yang terdahulu tidak dihapus?” – St. Yosef  Leonessa.
“Oleh karena itu, saudara-saudara, hendaklah kita pun mengambil obat yang mengerjakan keselamatan kita, yakni melakukan pertobatan, yang melenyapkan dosa-dosa kita. Akan tetapi pertobatan itu bukan yang dinyatakan dengan melenyapkan noda-noda kejahatan dari dalam hati. Sebab sang nabi berkata: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.” (Yes 1:1-16). Mengapa kelimpahan kata-kata ini? tidak cukupkah mengatakan saja: “Jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari hatimu” untuk menerangkan selurh maksud? Mengapa masih ditambahkan: “Dari depan mata-Ku?” Sebab lainlah cara mata manusia memandang, lain pula Tuhan memandang, yakni: “manusia memandang muka, sedangkan Tuhan memandang ke dalam hati.” Ia berkata: “Janganlah menjalankan pertobatan secara lahiriah saja, tetapi tunjukkanlah hasil pertobatan itu di depan mata-Ku, yang melihat apa yang tersembunyi.” – St. Yohanes Krisostomos.

Tidak lupa juga, di Tahun Iman ini, mari kita kenali ajaran Allah melalui Gereja-Nya, Gereja Katolik. Kekatolikan sekarang dipandang semata-mata sebagai sistem kepercayaan dan sistem nilai tetapi tidak dipandang sebagai ajaran-ajaran yang berasal dari wahyu Ilahi. Mari kita ubah cara pandang kita mengenai Kekatolikan dan mulailah mengetahui, menghidupi dan mewartakan ajaran iman kita yang berasal dari Kristus Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Dikutip dari : www.indonesianpapist.com

Bahan Pertemuan Bulan Mei



Teknis Penerimaan Komuni Kepada Orang Sakit  dan Liturgi Seputar Kematian
I.    Mengirim komuni kepada orang sakit
Bila umat yang sakit/keluarganya meminta dikirim komuni, prodiakon wajib melayani permintaan tersebut   karena salah satu tugas prodiakon adalah menerimakan komuni, bila umat yang sakit tidak mampu mengikuti perayaan ekaristi di gereja. Kedatangan teman/saudara bagi penderita menjadi sebuah penghiburan yang dapat “membesarkan hati”, terlebih kehadiran Tuhan sendiri dalam wujud Sakramen Mahakudus.
Prodiakon semestinya bersyukur bila diminta melayani komuni bagi umat yang sakit, karena:
1.    Komuni bagi orang sakit menjadi cara Tuhan sendiri yang mengasihi orang sakit.
2.    Mengirim komuni bagi orang sakit juga berarti menghadirkan gereja yang mengasihi dan memperha- tikan anggotanya yang sedang sakit dan membutuhkan bantuan.
3.    Ketika prodiakon mengirim komuni bagi orang sakit, sesungguhnya ia sedang menunjukkan sikap berbelarasa dan solidaritas kepada penderita.
A.  Waktu Mengirim Komuni Bagi Orang Sakit
Tugas mengirim komuni bagi orang sakit yang paling baik dilaksanakan sesudah perayaan Ekaristi. Idealnya prodiakon menerimakan komuni kepada orang sakit dengan Sakramen Mahakudus yang dikonseklir dalam perayaan Ekaristi yang paling dekat. Hal ini menjadi simbol bahwa orang sakit yang kita layani pun diikutsertakan dalam perayaan Ekaristi seluruh umat.
B.  Tata Cara Mengambil dan Mengirim Komuni Bagi Orang Sakit
Berikut ini langkah-langkah dalam mengambil Sakramen Mahakudus di Tabernakel dan membawa kepada umat yang sakit.
1.    Prodiakon mepersiapkan piksis dan korporal di altar (jangan lupa, mencuci tangan sebelum meng- ambil Hosti).
2.    Mengambil Hosti Suci sejumlah umat yang akan dikirim, dan dimasukkan dalam piksis.
3.    Membawa piksis yang berisi Sakramen Mahakudus dengan pantas, yakni meletakkan di depan dengan mengalungkan tali piksis di leher.
4.   Ketika meninggalkan Altar, prodiakon tidak perlu berlutut di depan Tabernakel.
5.    Selama membawa Sakramen Mahakudus, diusahakan untuk tidak ngobrol/berbicara yang tidak perlu dengan orang lain.
6.   Selama membawa Sakramen Mahakudus di harapkan langsung menuju tempat dimana umat akan dikirim dan tidak diperkenankan untuk mampir-mampir. Bila masih ada keperluan yang lain, disele- saikan dahulu, baru kemudian mengambil Sakramen Mahakudus dan langsung dikirim.
C.   Persiapan Bagi Penderita yang Akan Menerima Komuni di Rumah
Sangat perlu bagi keluarga dan penderita untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kehadiran Tuhan dalam rupa Sakramen Mahakudus yang akan di kirim oleh prodiakon, termasuk pemahaman bahwa Sakramen Mahakudus yang dibawa prodiakon hanya diperuntukkan bagi penderita sakit yang memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk pergi ke gereja.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhtikan pada saat penerimaan komuni di rumah:
1.    Penderita harus mempersiapkan diri secara layak (badan sudah bersih, berpakaian dengan pantas, dan mempersiapkan batin dalam menyambut Tubuh Kristus dalam suasana doa).
2.    Mempersiapkan altar kecil dengan taplak putih, lilin, salib, dan tempat cuci tangan.
3.    Menghindari percakapan yang tidak penting dengan prodiakon.
D.  Tata Ibadat Mengirim Komuni untuk Orang sakit
1.    Tanda Salib dan Salam
Damai Tuhan Yesus Kristus beserta kita/Tuhan beserta kita
Katentreman Dalem Sang Kristus tansah manunggalo
2.    Percikan air suci (fakultatif)
Semoga air suci ini mengingatkan Saudara akan Sakramen Baptis yang telah Saudara terima dan mengingatkan Saudara akan Yesus Kristus yang telah menebus kita melalui sengsara, wafat, dan kebangkitanNya.
Mugi banyu suci iki ngelingna marang baptis kita, lan dadiya tandha pangabekti konjuk ing Sang Kristus, kang wus kersa sangsara, seda, lan wungu mulya perlu nebus kita.
3.    Doa Tobat & Absolusi
4.   Doa Pembuka
5.    Bacaan Injil (sesuai kalender liturgi)
6.   Renungan singkat
7.    Doa umat untuk persiapan menerima Komuni
8.   Doa Bapa Kami
9.   Undangan sambut Komuni.
(Prodiakon mencuci tangan terlebih dahulu sebelum mengangkat Sakramen)
Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah orang yang diundang ke perjamuannya.
Ya iki Cempeneng Allah ingkang mbirat dosaning jagad, rahayu kang tinimbalan ndherek bojana Dalem.
10. Penerimaan Komuni & waktu hening
11.  Doa sesudah Komuni, dilanjutkan mohon berkat dan perutusan.

II.  Liturgi Seputar Kematian
Pendampungan bagi orang sakit menjadi bagian yang sangat penting, terlebih bagi orang yang sakit parah atau menurut catatan medis sulit disembuhkan, sebab dalam kondisi seperti ini orang akan merasa:
1.    Hidupnya sangat rapuh
2.    Imannya amat terancam dalam situasi sakit yang parah dan berdampak pada ketidakpercayaannya kepada Allah.
3.    Kesepian yang mendalam dan taku menghadapi kematian.

Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya “One Death and Dying” membagi proses kematian menjadi 5 tahap:
1.    Tahap menyangkal dan menyendiri.
2.    Tahap kemarahan.
3.    Tahap tawar menawar.
4.   Tahap depresi.
5.    Tahap menyerah dan pasrah.
Oleh sebab itu, bila diminta oleh keluarga atau penderita (jika masih sadar) maka prodiakon dan umat dapat melakukan pendampingan terhadap penderita dan dapat melakukan ibadat menjelang saat kematian.
Tujuan, Perlengkapan, dan Tata Ibadat Menjelang Saat Kematian
Adapun tujuan diadakannya ibadat menjelang saat kematian adalah:
1.    Agar penderita dapat menghadapi kematian dengan tenang, tabah, dan memperoleh pengharapan akan kebangkitan dan kehidupan kekal di surga.
2.    Untuk memberikan ketabahan dan kekuatan iman bagi keluarga dan penederita sakit.
Seperti halnya ibadat pada umumnya, maka perlu disiapkan sebuah meja untuk meletakkan salib, lilin, dan air suci. Sedang Tata Ibadat menjelang saat kematian dapat dilakukan sebagai berikut:
1.    Tanda Salib & salam
2.    Percikan air suci
Ya Tuhan bersihkanlah kami agar menjadi murni, basuhlah kami agar menjadi putih melebihi salju.
3.    Pengantar
Pemandu (prodiakon/umat) menyampaikan sepatah kata untuk menyadari kehadiran Tuhan.
4.   Doa pembuka
Isi doa:
-      Tuhan berkuasa atas hidup dan mati;
-      menyerahkan diri pada kehendak dan kebijaksanaan Allah;
-      bila ajal menjemput, Allah berkenan menganugrahi kehidupan kekal.
5.    Bacaan Kitab Suci
6.   Renungan singkat
7.    Doa umat
Dapat diambil dari Puji Syukur no 119
8.   Bila penderita dalam keadaan sakratul maut, umat berhimpun di sekeliling pembaringan dan pemimpin ibadat dapat melakukan:
-      Membisikkan “Yesus, Yesus, Yesus” pada telinga penderita
-      Dengan suara lembut dapat mengucapkan seruan pendek (contoh lihat Puju Syukur no 119).
9.   Doa penutup.
Inti doa:     Mohon bantuan Bunda Maria agar mempercayakan penderita kepada Yesus agar berkenan memberi pertolongan
Contoh: Ya Santa Maria Bunda Allah, yang murah  hati, engkaulah penghibur yang penuh kasih bagi orang yang berduka cita. Sudilah engkau mempercayakan saudara kami … kepada Yesus puteramu. Semoga karena pertolonganmu saudara kami tidak merasa takut menghadapi maut, sebaliknya bersama engkau ia tabah hati berangkat menuju ke kediaman abadi. Sebab Kristus Tuhan kami yang hidup dan berkuasa, Allah, kini, dan sepanjang masa.
10. Mohon berkat.

III. Sakramen Baptis (darurat)
Bila seseorang yang menderita sakit (dan menjelang ajal) menghendaki untuk menerima Sakramen Baptis, maka ia dapat dibaptis dengan syarat:
1.    Apabila orang yang menderita sakit tersebut menyatakan dengan jelas, eksplisit, dan sadar bahwa ia meminta untuk dibaptis.
2.    Apabila orang yang menderita sakit sudah pernah mengikuti pelajaran Agama Katolik sekali atau dua kali, lalau beberapa waktu kemudian ia sakit dan tidak dapat diajak berbicara lagi, maka keluarga dapat meminta orang sakit tersebut untuk dibaptis.
Pembaptisan darurat dianggap syah bila:
1.    Adanya pelayan, yaitu siapa saja asal memiliki kemampuan sebagaimana dibuat gereja.
2.    Adanya penerima
3.    Materia Sacramenti (unsur material), yakni penuangan air pada dahi.
4.   Forma Sacramenti (adanya kata-kata menurut tradisi gereja), yaitu “… aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus”. (Amin)
Selanjutnya pembaptisan yang telah dilakukan secara darurat dilaporkan di sekretariat Paroki untuk dicatat.


Sumber Bacaan:
1.    Kompediun tentang Prodiakon - - E. Martosudjito, Pr.
2.    Kematian adalah rahmat - - Al. Budi Purnomo.
3.    Bahan Pertemuan Prodiakon Tanggal 2 April 2006.
4.   Puji Syukur.
5.    Tatalaksana Melepas Jenazah.
6.   Kumpulan Ibadat Lingkungan - - Ernest & Sri Maryanto
7.    Sakramen-sakramen Gereja - - E. Martosudjito, Pr.