Selasa, 14 Mei 2013

Bahan Pertemuan Bulan Mei



Teknis Penerimaan Komuni Kepada Orang Sakit  dan Liturgi Seputar Kematian
I.    Mengirim komuni kepada orang sakit
Bila umat yang sakit/keluarganya meminta dikirim komuni, prodiakon wajib melayani permintaan tersebut   karena salah satu tugas prodiakon adalah menerimakan komuni, bila umat yang sakit tidak mampu mengikuti perayaan ekaristi di gereja. Kedatangan teman/saudara bagi penderita menjadi sebuah penghiburan yang dapat “membesarkan hati”, terlebih kehadiran Tuhan sendiri dalam wujud Sakramen Mahakudus.
Prodiakon semestinya bersyukur bila diminta melayani komuni bagi umat yang sakit, karena:
1.    Komuni bagi orang sakit menjadi cara Tuhan sendiri yang mengasihi orang sakit.
2.    Mengirim komuni bagi orang sakit juga berarti menghadirkan gereja yang mengasihi dan memperha- tikan anggotanya yang sedang sakit dan membutuhkan bantuan.
3.    Ketika prodiakon mengirim komuni bagi orang sakit, sesungguhnya ia sedang menunjukkan sikap berbelarasa dan solidaritas kepada penderita.
A.  Waktu Mengirim Komuni Bagi Orang Sakit
Tugas mengirim komuni bagi orang sakit yang paling baik dilaksanakan sesudah perayaan Ekaristi. Idealnya prodiakon menerimakan komuni kepada orang sakit dengan Sakramen Mahakudus yang dikonseklir dalam perayaan Ekaristi yang paling dekat. Hal ini menjadi simbol bahwa orang sakit yang kita layani pun diikutsertakan dalam perayaan Ekaristi seluruh umat.
B.  Tata Cara Mengambil dan Mengirim Komuni Bagi Orang Sakit
Berikut ini langkah-langkah dalam mengambil Sakramen Mahakudus di Tabernakel dan membawa kepada umat yang sakit.
1.    Prodiakon mepersiapkan piksis dan korporal di altar (jangan lupa, mencuci tangan sebelum meng- ambil Hosti).
2.    Mengambil Hosti Suci sejumlah umat yang akan dikirim, dan dimasukkan dalam piksis.
3.    Membawa piksis yang berisi Sakramen Mahakudus dengan pantas, yakni meletakkan di depan dengan mengalungkan tali piksis di leher.
4.   Ketika meninggalkan Altar, prodiakon tidak perlu berlutut di depan Tabernakel.
5.    Selama membawa Sakramen Mahakudus, diusahakan untuk tidak ngobrol/berbicara yang tidak perlu dengan orang lain.
6.   Selama membawa Sakramen Mahakudus di harapkan langsung menuju tempat dimana umat akan dikirim dan tidak diperkenankan untuk mampir-mampir. Bila masih ada keperluan yang lain, disele- saikan dahulu, baru kemudian mengambil Sakramen Mahakudus dan langsung dikirim.
C.   Persiapan Bagi Penderita yang Akan Menerima Komuni di Rumah
Sangat perlu bagi keluarga dan penderita untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kehadiran Tuhan dalam rupa Sakramen Mahakudus yang akan di kirim oleh prodiakon, termasuk pemahaman bahwa Sakramen Mahakudus yang dibawa prodiakon hanya diperuntukkan bagi penderita sakit yang memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk pergi ke gereja.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhtikan pada saat penerimaan komuni di rumah:
1.    Penderita harus mempersiapkan diri secara layak (badan sudah bersih, berpakaian dengan pantas, dan mempersiapkan batin dalam menyambut Tubuh Kristus dalam suasana doa).
2.    Mempersiapkan altar kecil dengan taplak putih, lilin, salib, dan tempat cuci tangan.
3.    Menghindari percakapan yang tidak penting dengan prodiakon.
D.  Tata Ibadat Mengirim Komuni untuk Orang sakit
1.    Tanda Salib dan Salam
Damai Tuhan Yesus Kristus beserta kita/Tuhan beserta kita
Katentreman Dalem Sang Kristus tansah manunggalo
2.    Percikan air suci (fakultatif)
Semoga air suci ini mengingatkan Saudara akan Sakramen Baptis yang telah Saudara terima dan mengingatkan Saudara akan Yesus Kristus yang telah menebus kita melalui sengsara, wafat, dan kebangkitanNya.
Mugi banyu suci iki ngelingna marang baptis kita, lan dadiya tandha pangabekti konjuk ing Sang Kristus, kang wus kersa sangsara, seda, lan wungu mulya perlu nebus kita.
3.    Doa Tobat & Absolusi
4.   Doa Pembuka
5.    Bacaan Injil (sesuai kalender liturgi)
6.   Renungan singkat
7.    Doa umat untuk persiapan menerima Komuni
8.   Doa Bapa Kami
9.   Undangan sambut Komuni.
(Prodiakon mencuci tangan terlebih dahulu sebelum mengangkat Sakramen)
Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah orang yang diundang ke perjamuannya.
Ya iki Cempeneng Allah ingkang mbirat dosaning jagad, rahayu kang tinimbalan ndherek bojana Dalem.
10. Penerimaan Komuni & waktu hening
11.  Doa sesudah Komuni, dilanjutkan mohon berkat dan perutusan.

II.  Liturgi Seputar Kematian
Pendampungan bagi orang sakit menjadi bagian yang sangat penting, terlebih bagi orang yang sakit parah atau menurut catatan medis sulit disembuhkan, sebab dalam kondisi seperti ini orang akan merasa:
1.    Hidupnya sangat rapuh
2.    Imannya amat terancam dalam situasi sakit yang parah dan berdampak pada ketidakpercayaannya kepada Allah.
3.    Kesepian yang mendalam dan taku menghadapi kematian.

Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya “One Death and Dying” membagi proses kematian menjadi 5 tahap:
1.    Tahap menyangkal dan menyendiri.
2.    Tahap kemarahan.
3.    Tahap tawar menawar.
4.   Tahap depresi.
5.    Tahap menyerah dan pasrah.
Oleh sebab itu, bila diminta oleh keluarga atau penderita (jika masih sadar) maka prodiakon dan umat dapat melakukan pendampingan terhadap penderita dan dapat melakukan ibadat menjelang saat kematian.
Tujuan, Perlengkapan, dan Tata Ibadat Menjelang Saat Kematian
Adapun tujuan diadakannya ibadat menjelang saat kematian adalah:
1.    Agar penderita dapat menghadapi kematian dengan tenang, tabah, dan memperoleh pengharapan akan kebangkitan dan kehidupan kekal di surga.
2.    Untuk memberikan ketabahan dan kekuatan iman bagi keluarga dan penederita sakit.
Seperti halnya ibadat pada umumnya, maka perlu disiapkan sebuah meja untuk meletakkan salib, lilin, dan air suci. Sedang Tata Ibadat menjelang saat kematian dapat dilakukan sebagai berikut:
1.    Tanda Salib & salam
2.    Percikan air suci
Ya Tuhan bersihkanlah kami agar menjadi murni, basuhlah kami agar menjadi putih melebihi salju.
3.    Pengantar
Pemandu (prodiakon/umat) menyampaikan sepatah kata untuk menyadari kehadiran Tuhan.
4.   Doa pembuka
Isi doa:
-      Tuhan berkuasa atas hidup dan mati;
-      menyerahkan diri pada kehendak dan kebijaksanaan Allah;
-      bila ajal menjemput, Allah berkenan menganugrahi kehidupan kekal.
5.    Bacaan Kitab Suci
6.   Renungan singkat
7.    Doa umat
Dapat diambil dari Puji Syukur no 119
8.   Bila penderita dalam keadaan sakratul maut, umat berhimpun di sekeliling pembaringan dan pemimpin ibadat dapat melakukan:
-      Membisikkan “Yesus, Yesus, Yesus” pada telinga penderita
-      Dengan suara lembut dapat mengucapkan seruan pendek (contoh lihat Puju Syukur no 119).
9.   Doa penutup.
Inti doa:     Mohon bantuan Bunda Maria agar mempercayakan penderita kepada Yesus agar berkenan memberi pertolongan
Contoh: Ya Santa Maria Bunda Allah, yang murah  hati, engkaulah penghibur yang penuh kasih bagi orang yang berduka cita. Sudilah engkau mempercayakan saudara kami … kepada Yesus puteramu. Semoga karena pertolonganmu saudara kami tidak merasa takut menghadapi maut, sebaliknya bersama engkau ia tabah hati berangkat menuju ke kediaman abadi. Sebab Kristus Tuhan kami yang hidup dan berkuasa, Allah, kini, dan sepanjang masa.
10. Mohon berkat.

III. Sakramen Baptis (darurat)
Bila seseorang yang menderita sakit (dan menjelang ajal) menghendaki untuk menerima Sakramen Baptis, maka ia dapat dibaptis dengan syarat:
1.    Apabila orang yang menderita sakit tersebut menyatakan dengan jelas, eksplisit, dan sadar bahwa ia meminta untuk dibaptis.
2.    Apabila orang yang menderita sakit sudah pernah mengikuti pelajaran Agama Katolik sekali atau dua kali, lalau beberapa waktu kemudian ia sakit dan tidak dapat diajak berbicara lagi, maka keluarga dapat meminta orang sakit tersebut untuk dibaptis.
Pembaptisan darurat dianggap syah bila:
1.    Adanya pelayan, yaitu siapa saja asal memiliki kemampuan sebagaimana dibuat gereja.
2.    Adanya penerima
3.    Materia Sacramenti (unsur material), yakni penuangan air pada dahi.
4.   Forma Sacramenti (adanya kata-kata menurut tradisi gereja), yaitu “… aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus”. (Amin)
Selanjutnya pembaptisan yang telah dilakukan secara darurat dilaporkan di sekretariat Paroki untuk dicatat.


Sumber Bacaan:
1.    Kompediun tentang Prodiakon - - E. Martosudjito, Pr.
2.    Kematian adalah rahmat - - Al. Budi Purnomo.
3.    Bahan Pertemuan Prodiakon Tanggal 2 April 2006.
4.   Puji Syukur.
5.    Tatalaksana Melepas Jenazah.
6.   Kumpulan Ibadat Lingkungan - - Ernest & Sri Maryanto
7.    Sakramen-sakramen Gereja - - E. Martosudjito, Pr.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar