Teknis Penerimaan
Komuni Kepada Orang Sakit dan
Liturgi Seputar Kematian
I. Mengirim komuni
kepada orang sakit
Bila umat yang sakit/keluarganya meminta dikirim komuni,
prodiakon wajib melayani permintaan tersebut karena salah satu tugas prodiakon
adalah menerimakan komuni, bila umat yang sakit tidak mampu mengikuti perayaan
ekaristi di gereja. Kedatangan teman/saudara bagi penderita menjadi sebuah
penghiburan yang dapat “membesarkan hati”, terlebih kehadiran Tuhan sendiri
dalam wujud Sakramen Mahakudus.
Prodiakon semestinya bersyukur bila diminta melayani komuni
bagi umat yang sakit, karena:
1. Komuni bagi orang sakit
menjadi cara Tuhan sendiri yang mengasihi orang sakit.
2. Mengirim komuni bagi
orang sakit juga berarti menghadirkan gereja yang mengasihi dan memperha- tikan
anggotanya yang sedang sakit dan membutuhkan bantuan.
3. Ketika prodiakon
mengirim komuni bagi orang sakit, sesungguhnya ia sedang menunjukkan sikap
berbelarasa dan solidaritas kepada penderita.
A. Waktu Mengirim
Komuni Bagi Orang Sakit
Tugas mengirim komuni bagi orang sakit yang paling baik
dilaksanakan sesudah perayaan Ekaristi. Idealnya prodiakon menerimakan komuni
kepada orang sakit dengan Sakramen Mahakudus yang dikonseklir dalam perayaan
Ekaristi yang paling dekat. Hal ini menjadi simbol bahwa orang sakit yang kita
layani pun diikutsertakan dalam perayaan Ekaristi seluruh umat.
B. Tata Cara Mengambil
dan Mengirim Komuni Bagi Orang Sakit
Berikut ini langkah-langkah dalam mengambil Sakramen Mahakudus
di Tabernakel dan membawa kepada umat yang sakit.
1. Prodiakon mepersiapkan
piksis dan korporal di altar (jangan lupa, mencuci tangan sebelum meng- ambil
Hosti).
2. Mengambil Hosti Suci
sejumlah umat yang akan dikirim, dan dimasukkan dalam piksis.
3. Membawa piksis yang
berisi Sakramen Mahakudus dengan pantas, yakni meletakkan di depan dengan
mengalungkan tali piksis di leher.
4. Ketika meninggalkan
Altar, prodiakon tidak perlu berlutut di depan Tabernakel.
5. Selama membawa Sakramen
Mahakudus, diusahakan untuk tidak ngobrol/berbicara yang tidak perlu dengan
orang lain.
6. Selama membawa Sakramen
Mahakudus di harapkan langsung menuju tempat dimana umat akan dikirim dan tidak
diperkenankan untuk mampir-mampir. Bila masih ada keperluan yang lain, disele-
saikan dahulu, baru kemudian mengambil Sakramen Mahakudus dan langsung dikirim.
C. Persiapan Bagi
Penderita yang Akan Menerima Komuni di Rumah
Sangat perlu bagi keluarga dan penderita untuk mempersiapkan
diri dalam menyambut kehadiran Tuhan dalam rupa Sakramen Mahakudus yang akan di
kirim oleh prodiakon, termasuk pemahaman bahwa Sakramen Mahakudus yang dibawa
prodiakon hanya diperuntukkan bagi penderita sakit yang memang sudah tidak
memungkinkan lagi untuk pergi ke gereja.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhtikan pada saat
penerimaan komuni di rumah:
1. Penderita harus
mempersiapkan diri secara layak (badan sudah bersih, berpakaian dengan pantas,
dan mempersiapkan batin dalam menyambut Tubuh Kristus dalam suasana doa).
2. Mempersiapkan altar
kecil dengan taplak putih, lilin, salib, dan tempat cuci tangan.
3. Menghindari percakapan
yang tidak penting dengan prodiakon.
D. Tata Ibadat Mengirim
Komuni untuk Orang sakit
1. Tanda Salib dan Salam
Damai Tuhan Yesus Kristus beserta kita/Tuhan beserta kita
Katentreman Dalem Sang
Kristus tansah manunggalo
2. Percikan air suci
(fakultatif)
Semoga air suci ini mengingatkan Saudara akan Sakramen Baptis
yang telah Saudara terima dan mengingatkan Saudara akan Yesus Kristus yang
telah menebus kita melalui sengsara, wafat, dan kebangkitanNya.
Mugi banyu suci iki
ngelingna marang baptis kita, lan dadiya tandha pangabekti konjuk ing Sang
Kristus, kang wus kersa sangsara, seda, lan wungu mulya perlu nebus kita.
3. Doa Tobat & Absolusi
4. Doa Pembuka
5. Bacaan Injil (sesuai
kalender liturgi)
6. Renungan singkat
7. Doa umat untuk persiapan
menerima Komuni
8. Doa Bapa Kami
9. Undangan sambut Komuni.
(Prodiakon mencuci tangan terlebih dahulu sebelum mengangkat
Sakramen)
Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah
orang yang diundang ke perjamuannya.
Ya iki Cempeneng Allah
ingkang mbirat dosaning jagad, rahayu kang tinimbalan ndherek bojana Dalem.
10. Penerimaan Komuni &
waktu hening
11. Doa sesudah Komuni,
dilanjutkan mohon berkat dan perutusan.
II. Liturgi Seputar Kematian
Pendampungan bagi orang sakit menjadi bagian yang sangat
penting, terlebih bagi orang yang sakit parah atau menurut catatan medis sulit
disembuhkan, sebab dalam kondisi seperti ini orang akan merasa:
1. Hidupnya sangat rapuh
2. Imannya amat terancam
dalam situasi sakit yang parah dan berdampak pada ketidakpercayaannya kepada
Allah.
3. Kesepian yang mendalam
dan taku menghadapi kematian.
Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya “One Death
and Dying” membagi proses kematian menjadi 5 tahap:
1. Tahap menyangkal dan
menyendiri.
2. Tahap kemarahan.
3. Tahap tawar menawar.
4. Tahap depresi.
5. Tahap menyerah dan
pasrah.
Oleh sebab itu, bila diminta oleh keluarga atau penderita
(jika masih sadar) maka prodiakon dan umat dapat melakukan pendampingan
terhadap penderita dan dapat melakukan ibadat menjelang saat kematian.
Tujuan, Perlengkapan, dan Tata Ibadat Menjelang Saat Kematian
Adapun tujuan diadakannya ibadat menjelang saat kematian
adalah:
1. Agar penderita dapat
menghadapi kematian dengan tenang, tabah, dan memperoleh pengharapan akan
kebangkitan dan kehidupan kekal di surga.
2. Untuk memberikan ketabahan
dan kekuatan iman bagi keluarga dan penederita sakit.
Seperti halnya ibadat pada umumnya, maka perlu disiapkan
sebuah meja untuk meletakkan salib, lilin, dan air suci. Sedang Tata Ibadat
menjelang saat kematian dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Tanda Salib & salam
2. Percikan air suci
Ya Tuhan bersihkanlah kami agar menjadi murni, basuhlah kami
agar menjadi putih melebihi salju.
3. Pengantar
Pemandu (prodiakon/umat) menyampaikan sepatah kata untuk
menyadari kehadiran Tuhan.
4. Doa pembuka
Isi doa:
- Tuhan berkuasa atas
hidup dan mati;
- menyerahkan diri
pada kehendak dan kebijaksanaan Allah;
- bila ajal menjemput,
Allah berkenan menganugrahi kehidupan kekal.
5. Bacaan Kitab Suci
6. Renungan singkat
7. Doa umat
Dapat diambil dari Puji Syukur no 119
8. Bila penderita dalam
keadaan sakratul maut, umat berhimpun di sekeliling pembaringan dan pemimpin
ibadat dapat melakukan:
- Membisikkan “Yesus,
Yesus, Yesus” pada telinga penderita
- Dengan suara lembut
dapat mengucapkan seruan pendek (contoh lihat Puju Syukur no 119).
9. Doa penutup.
Inti doa: Mohon bantuan Bunda Maria agar mempercayakan
penderita kepada Yesus agar berkenan memberi pertolongan
Contoh: Ya Santa Maria Bunda Allah, yang murah hati, engkaulah penghibur yang penuh kasih
bagi orang yang berduka cita. Sudilah engkau mempercayakan saudara kami …
kepada Yesus puteramu. Semoga karena pertolonganmu saudara kami tidak merasa
takut menghadapi maut, sebaliknya bersama engkau ia tabah hati berangkat menuju
ke kediaman abadi. Sebab Kristus Tuhan kami yang hidup dan berkuasa, Allah,
kini, dan sepanjang masa.
10. Mohon berkat.
III. Sakramen Baptis (darurat)
III. Sakramen Baptis (darurat)
Bila seseorang yang menderita sakit (dan menjelang ajal) menghendaki
untuk menerima Sakramen Baptis, maka ia dapat dibaptis dengan syarat:
1. Apabila orang yang
menderita sakit tersebut menyatakan dengan jelas, eksplisit, dan sadar bahwa ia
meminta untuk dibaptis.
2. Apabila orang yang
menderita sakit sudah pernah mengikuti pelajaran Agama Katolik sekali atau dua
kali, lalau beberapa waktu kemudian ia sakit dan tidak dapat diajak berbicara
lagi, maka keluarga dapat meminta orang sakit tersebut untuk dibaptis.
Pembaptisan darurat dianggap syah bila:
1. Adanya pelayan, yaitu
siapa saja asal memiliki kemampuan sebagaimana dibuat gereja.
2. Adanya penerima
3. Materia Sacramenti (unsur material), yakni penuangan air pada dahi.
4. Forma Sacramenti (adanya kata-kata menurut tradisi gereja), yaitu
“… aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus”. (Amin)
Selanjutnya pembaptisan yang telah dilakukan secara darurat
dilaporkan di sekretariat Paroki untuk dicatat.
Sumber Bacaan:
1. Kompediun tentang
Prodiakon - - E. Martosudjito, Pr.
2. Kematian adalah rahmat -
- Al. Budi Purnomo.
3. Bahan Pertemuan
Prodiakon Tanggal 2 April 2006.
4. Puji Syukur.
5. Tatalaksana Melepas
Jenazah.
6. Kumpulan Ibadat
Lingkungan - - Ernest & Sri Maryanto
7. Sakramen-sakramen Gereja
- - E. Martosudjito, Pr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar